(Jum’at, 25 Mei 2012)
Pagi ini, aku menelpon mantan
ku untuk mengajak nya bertemu di suatu tempat. Namun, seperti nya ia ragu untuk
menemui ku. Hari itu aku sangat gelisah menunggu bel pulang sekolah yang tak
kunjung tiba. Dan saat bel berbunyi, aku segera mempercepat langkah ku untuk
pulang dan pergi ke tempat ayah ku bekerja. Maklum, motor ku cuma satu, jadi
aku dan ayah ku bergantian memakai nya. Namun, saat aku sampai di tempat kerja
ayah ku, disana aku melihat ibu ku sedang memarahi ayah ku. Aku tak mengerti
apa yang terjadi. Saat aku medekati mereka, ibu ku pun mulai mengoceh,
menjelaskan semuanya...
‘’Nih, ayah mu ? Kamu tau apa yang dia lakukan di belakang kita slama ini ?’’
‘’Nih, ayah mu ? Kamu tau apa yang dia lakukan di belakang kita slama ini ?’’
Aku hanya menggelengkan kepala ku, karena aku benar – benar tidak tau dan aku juga tidak mengerti apa yang terjadi antara ayah dan ibu ku saat itu. Lalu ibu ku melanjutkan ocehan nya...
‘’Ayah kamu selingkuh, ini bukti nya’’
Ibu ku memberikan kepingan – kepingan ponsel yang telah hancur kepada ku, lalu aku berusaha menanyai ayah ku dengan sedikit menahan emosi, namun sayang nya ayah ku tetap tidak mau mengaku. Aku kesal saat itu. Air mata ku menetes, dan tiba – tiba saja, aku melayang kan sebuah tinju ke kepala ayah ku. Ia mengerang kesakitan. Tapi aku tak mempedulikan rasa sakit itu. Air mata ku terus menetes. Aku tak bisa menerima semua kenyataan pahit yang datang menimpa ku tanpa henti. Kemarin, mantan ku meninggalkan aku untuk perempuan lain. Dan sekarang, ayah ku selingkuh. Dua peristiwa ini menambah sakit nya hati ku. Tubuh ku kembali lemah. Saat itu, aku benar – benar tak mempercayai seorang pun lelaki. Semua nya sama, tak punya hati.
Hari itu, aku berusaha tersenyum dan menyimpan semua luka ku. Siang itu, pertemuan ku dengan mantan ku urung ku lakukan. Dia mengirimkan banyak sekali pesan yang semua nya berisi kata maaf padaku. Namun semua nya tak ku hiraukan. Karena aku tak perlu kata maaf itu, yang aku perlu adalah dirinya kembali pada ku saat ini, dan menemani setiap tetes air mata ku. Saat itu aku benar – benar menangis. Ku luapkan semua sedih hatiku. Karena ayah ku dan karena nya. Dua lelaki yang ku sayangi, namun kedua nya menoreh kan luka yang amat pedih di hatiku. Di tambah lagi ibu ku, yang bersikeras untuk bercerai. Benar – benar menambah beban di hatiku.
Di tempat kursus ku, aku mencoba untuk berbagi cerita dengan guruku. Untung nya guru ku itu bersedia mendengarkan kelu kesah ku. Benar – benar guru yang baik...
‘’Miss, apa yang harus aku lakuin sekarang ? Aku bingung. Aku pengen ngelupain dia, tapi aku gak bisa. Aku gak mau ganggu hubungan mereka, tapi Ahmad maksa aku buat gak mutusin hubungan nya sama aku. Dia bilang ini cuma sementara, dan itu kayak harapan buat aku. Dan harapan itu bikin aku kembali berharap agar dia kembali lagi ke aku, aku harus gimana, Miss ?’’
‘’Mayu, mungkin sekarang kamu lagi dilema sama hidup kamu. Masalah kamu dateng satu – persatu. Tapi Miss yakin kamu kuat jalanin semua ini. Kamu harus sabar sekarang, ajnagn berbuat yang gak – gak, jangan langsung menentukan pilihan yang nanti nya bisa bikin hidup kamu tambah kacau, dan buat masalah Ahmad, kamu jangan berharap banyak dulu, tungguin aja apa yang bakal terjadi selanjutnya. Berdo’a aja sama Allah, pasti dia bakal kasih kamu solusi’’
‘’Okay, thanks, Miss’’
‘’Nevermind, girl. Keep smile and spirit’’
Solusi dari guru ku sedikit membuat ku tenang. Tiba – tiba ponsel ku bergetar. Lysa, teman ku semasa SMP menelpon ku...
‘’Hey, aku ada di depan kursus’an kamu nih, may, pulang nya masih lama ?’’
‘’ Ehh, hai... Gak kok bentar lagi, tumben kesini Lys, mau ngapain kamu ? Nagih utang yaa ?’’
‘’Enak aja ya tuh mulut, hmm ntar aja aku kasih tau kalo kamu udah keluar, oke ?’’
‘’Ya udah deh, oke lah. Udah dulu ya, aku masih belajar nih, tungguin aku ya, dah...’’
‘’Dah...’’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar