Minggu, 26 Februari 2012

Di Balik Cerita Misteri Bukit Siguntang

Kawasan Bukit Siguntang yang berada di Bukit Besar Palembang sejak lama menyimpan cerita misteri. Meski demikian, hal itu tidak mengurungkan niat banyak orang untuk mengunjungi kawasan elok ini.
Kawasan ini dengan ketinggian sekitar 27 meter di atas permukaan laut tepatnya di Kelurahan Bukit Lama. Jika berada di atas bukit, kita bisa memandang sebagian Kota Palembang.

Berdasarkan cerita legenda dan dongeng, setiap tokoh yang dimakamkan itu memiliki karisma dan sejarah masing-masing. Kini, masing-masing makam yang berada di kaki bukit dan mengarah ke puncak bukit masih terawat baik. Dari hasil penemuan pada tahun 1920 di sekitar bukit ini telah ditemukan sebuah patung (arca) Buddha bergaya seni Amarawati yang raut wajah Srilangka berasal dari abad XI masehi yang sekarang diletakkan di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Tempat ini sampai sekarang masih tetap dikeramatkan karena di sini terdapat beberapa makam Raja Sriwijaya. Di antaranya Radja Si Gentar Alam, Putri Kembang Dadar, Panglima Bagus Kuning, Panglima Bagus Karang, Putri Rambut Selako, Pangeran Radja Batu Api, Panglima Tuan Djundjungan. Para tokoh itu berasal dari masa akhir Kerajaan Sriwijaya dari Mataram Hindu dan keturunan Majapahit.
Nyai Atun (75), salah seorang juru kunci yang berasal dari Pacitan, Jawa Timur, sudah puluhan tahun kerja di sana. Saat ditemui Suara SJI, Atun menyayangkan tak ada petunjuk khusus yang bisa didapatkan soal sejarah dan bagaimana keberadaan makam-makam itu. ”Di depan makam hanya tertulis nama tokoh dengan tujuh makam Raja Sriwijaya, tanpa keterangan sedikit pun,” ungkapnya.
Menurut Atun, Kerajaan Sriwijaya merupakan keturunan dari Majapahit yang pusat kerajaannya berada di Kota Palembang. Hal ini dikuatkan dengan foto udara yang menggambarkan adanya kanal-kanal yang menunjukkan tempat pertahanan atau benteng dari kerajaan.
Sebaliknya, Kepala Bidang Objek Pariwisata Kota Palembang Ahmad Zazuli mengatakan, di Bukit Siguntang terdapat delapan makam. Yang terakhir adalah Panglima Jago Lawang. “Memang tak begitu jelas tentang keberadaan makam itu. Yang pasti, makam itu berada di dataran tinggi untuk menghindari banjir,” ujarnya.
Bukit Siguntang pernah menjadi pusat Kerajaan Palembang yang dipimpin Parameswara, adipati di bawah Kerajaan Majapahit. Sekitar tahun 1511, Parameswara memisahkan diri dari Majapahit dan merantau ke Malaka. Di sana ia sempat bentrok dengan pasukan Portugis yang hendak menjajah Nusantara. Adipati itu menikah dengan putri penguasa Malaka, menjadi raja, dan menurunkan raja-raja Melayu yang berkuasa di Malaysia, Singapura, dan Sumatera.
Radja Sigentar Alam merupakan raja tertua di antara tujuh raja Sriwijaya. Kisah perjalanan Raja Macedonia ini, menurut versi cerita rakyat Melayu, adalah cerita tentang Radja Sigentar Alam. Nama aslinya Iskandar Zulkarnain Sahalam, dengan nama serumpun Malaysia Johor. Kakaknya bernama Permai Swana dengan nama asli Datuk Iskandar Sahalam yang berada di Malaysia Johor.
Radja Sigentar Alam berasal dari Kerajaan Mataram Kuno Majapahit, yang menganut agama Hindu-Buddha. Datang ke Lembang Melayu membawa kapal mengarungi samudera hingga tiba di Lancang Kuning. “Ketika datang ke sini jangkarnya terkait di tanah segumpal, karena masa dulu semua dunia merupakan samudra laut yang luas. Kapal tersebut terdampar, kemudian menghilang,” tutur Atun sembari merangkai kembang tujuh warna itu.
Lain halnya dengan Putri Kembang Dadar, seorang putri dari kahyangan dengan nama asli Putri Bunga Malur, anak Bunda Kahyangan. Percaya atau tidak, kalau Putri Kembang Dadar ini berada di atas kahyangan, maka langit menjadi mendung, gelap dan berpelangi. ”Sebaliknya, apabila ia turun dari atas kahyangan, maka petir dan hujan pun akan turun,” ungkapnya.
Sekitar tahun 1554, muncul Kerajaan Palembang yang dirintis Ki Gede Ing Suro, seorang pelarian Kerajaan Pajang, Jawa Tengah. Kerajaan ini juga mengeramatkan Bukit Siguntang dengan mengubur jenazah Panglima Bagus Sekuning dan Panglima Bagus Karang. Keduanya sama-sama berasal dari Mataram Kuno Majapahit. Kedua tokoh itu berjasa memimpin pasukan kerajaan saat menundukkan pasukan Kesultanan Banten yang menyerang Palembang.
Berbeda lagi dengan Putri Rambut Selako. Nama aslinya Putri Kencana Bungo, berasal dari Keraton Yogya, anak dari Prabu Wijaya. Pangeran Radja Batu Api berasal dari Jeddah, sedangkan Panglima Tuan Djundjungan berasal dari Arab yang menyebarkan agama Islam.
Aan (23), salah satu warga Bukit Siguntang sekaligus pengunjung yang ditemui bersama tiga temannya mengatakan, biasanya mereka datang ke tempat itu untuk foto-foto sambil menikmati suasana di sore hari. ”Tempat wisata ini harus dijaga agar tidak rusak. Pemerintah juga harus peduli terhadap wisata yang kita miliki sekarang,” ujarnya.
Meski tak bisa menjamin akan mendapatkan jawaban atas misteri para tokoh sejarah yang dimakamkan di bukit ini, minimal kita akan melihat bukti nyata bahwa para tokoh dalam cerita itu dan lokasi makam yang penuh dengan misteri dan teka-teki, memang benar ada. (Ria)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar