Kamu
tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah
dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]
Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahllah-
menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik,
kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan
ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan
baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang
panjang umurnya dan buruk amalannya.
Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur
panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga
Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya”
atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang
kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang
jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita
darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan
dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di
almanhaj.or.id]
Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun
adalah: tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa
dalam menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa
kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap
saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau
acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di
dalam dada. Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan
apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan
harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.
Wallahu’alam.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar