DUA pekan sudah badai Katrina
menghempas dan menenggelamkan kawasan New Orleans, Mississippi, dan
Florida, tiga Negara Bagian di Amerika Serikat. Hingga Senin, 12
September 2005, diperkirakan jumlah korban yang meninggal akibat badai
bernama indah yang menjebolkan bendungan di Louisiana itu, mencapai 10
ribu orang.
TAK bisa diingkari
bahwa seluruh peristiwa di atas muka bumi ini tetaplah menjadi rahasia
Sang Maha Penguasa, Allah SWT. Untuk negara sebesar Amerika Serikat yang
membantu Indonesia dalam musibah gempa dan tsunami di Tanah Rencong,
Aceh, seperti "kecolongan" ketika badai Katrina yang menerpa Teluk Coast
menghempas negaranya.
Bila menonton The Day After Tomorrow,
Twister, Vulcano, Hight Explosive, 12 SR, Tsunami Dam, negara adi daya
itu seakan mampu "membendung" badai apa pun dengan teknologi yang mereka
kuasai. Mereka dapat mengurangi gempa yang berkekuatan 12 SR dengan
menanamkan nuklir di beberapa sudut wilayah yang akan dilalui gempa.
Mereka mampu menahan laju badai es yang akan menangkupi seluruh New
York. Mereka dapat menghalau badai topan dengan menembakkan nuklir. Itu
dalam film.
Tapi menghadapi badai Katrina, Amerika tidak mampu
berbuat apa-apa. Korban 10.000 lantaran bendungan yang jebol membuat
negara adi daya itu kehilangan daya.
Karena besarnya badai tersebut,
hampir semua televisi dan media massa di Amerika membuat running news,
liputan bersambung tentang Katrina hingga kini. Musibah ini bahkan hanya
menyisakan sedikit waktu untuk peringatan Black September, 11 September
2001 ketika gedung WTC di New York runtuh akibat terorisme. Presiden
Bush bahkan membuat peringatan"silence" atau diam untuk peristiwa yang
dikenal dengan tragedi 911 empat tahun silam itu.
?Harus diakui
kami memang tidak siap menerima badai Katrina,? ujar Elizabeth Dugan,
Vice President International Republican Institute (IRI), kantor IRI di
Washington Distric of Columbia (DC), Senin, 12 September 2005.
Pemerintahan Presiden Goerge W Bush Junior pun mendapat kecaman dari
masyarakat Amerika karena dianggap tak tanggap mengambil tindakan.
Padahal sudah ketiga kalinya, Bush berkunjung ke New Orleans untuk
melihat kondisi terakhir pascakatrina sejak 12 hari terjadi. Namun
kritik tak pernah berhenti.
Membandingkan tsunami yang terjadi di
Aceh Darussalam, Katrina memang belum sedahsyat nasib yang menimpa
rakyat Aceh di ujung Barat Negara Kesatuan Republik Indonesia itu.
Tetapi kepedulian Amerika terhadap Aceh, luar biasa besarnya. Amerika
bahkan melabuhkan kapal induknya Abraham Lincoln untuk membantu rakyat
Aceh. Ironisnya, beberapa kali dalam siaran televisi setempat, mereka
terus-menerus mencari sukarelawan yang mau membantu masyarakat New
Orleans. Belum lagi isu rasis yang merebak akibat peristiwa itu. Karena
rata-rata mereka yang tertinggal adalah masyarakat miskin kota dan
berkulit hitam. Sementara itu, warga kaya di daerah tersebut sudah
meninggalkan tempat ketika badai Katrina belum terjadi. Padahal media
massa setempat berkali-kali menyampaikan prediksi akan ada badai dengan
tingkat lima, tanda badai yang dahsyat. "Namun, badai yang ternyata
hanya tingkat tiga itu pun, tidak bisa terkendalikan oleh kami," ujar
Dugan. Hal itu menjadi kecaman bagi pemerintahan Bush.
Sebenarnya,
bencana alam seperti badai Katrina yang bukan pertama kali ini terjadi
di USA. Tahun lalu, tepatnya 16 September 2004, badai Ivan melanda yang
menyebabkan kematian 57 orang, dan kerugian USD14,7 miliar. Sebulan
sebelumnya, pada Agustus 2004, badai Charley menyerang dan mengakibatkan
31 orang meninggal dunia dan kerugian sebesar USD15,5 miliar. Kemudian
badai tropical Allison terjadi pada Juni 2001, yang menyebabkan 22
meninggal dan kerugian USD5,5 miliar.
Badai Floyd pada 16
September 1999, menyebabkan kematian 56 orang dan kerugian USD7
miliar.Tornado Oklahoma terjadi pada 3 Mei 1999, dengan kerugian
mencapai USD1,8 miliar. Lalu banjir Grand Forks pada 18 April 1997, juga
membuat kerugian USD 1,8 miliar. Gempa bumi Northridge terjadi pada 17
Januari 1994, sebanyak 57 orang meninggal dan menderita rugi USD33,8
miliar. Badai Andre pada 24 Agustus 1992, menelan korban 41 orang
meninggal dan rugi sebesar USD37,6 miliar.
Meskipun demikian,
dalam setiap bencana kemanusiaan, pasti saja mengetuk nurani setiap
mahluk yang bernama manusia. Dugaan mengatakan, bencana ini telah
berhasil menggerakkan rasa kemanusiaan masyarakat Amerika yang terdiri
dari berbagai ras dan etnis itu.
Sumbangan terus mengalir melalui
internet dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk membantu
mereka yang tertimpa bencana. Dalam sepuluh hari saja, masyarakat sudah
mengumpulkan dana hingga USD740 juta. ?berbagai sumbangan, tidak hanya
dalam bentuk dana tetapi juga benda seperti pakaian, donor darah dan
kerja sosial lainnya,? ujar Dugan.
Masyarakat juga menggunakan
media seperti internet untuk membantu korban Katrina. John Hlinko dan
Bill Mc Intyre, Vice President Grassroots Enterprise yang selalu
membantu sayap kanan dalam politik Amerika itu, menjelaskan bagaimana
mereka berhasil membuat masyarakat tergerak untuk melakukan kerja amal
melalui internet. ?Ada yang menyediakan gedung sekolah melalui internet
untuk membantu anak-anak yang kehilangan sekolahnya akibat badai ini,?
ujar John di kantornya di 17th Street NW, Washington DC. Bagi John media
internet menjadi sangat penting dalam membantu korban Katrina karena 50
persen masyarakat Amerika mengakses internet dalam kehidupan mereka.
Meskipun
demikian, sejumlah masyarakat Amerika mengakui kelemahan dalam
penanganan badai tersebut. Seperti mengakui bahwa selalu ada invisible
hand yang ikut menentukan setiap peristiwa dalam kehidupan manusia.
"Amerika
bukan negara tanpa kelemahan, di sisi lain, negara ini pun tetap
memiliki kekurangan di antara segala kekuatannya," ujar Joe Bookbinder,
officer Washington Foreign Press Center Departemen Luar Negeri Amerika
Serikat, pada sebuah pertemuan dengan wartawan Indonesia. Atas semua
kritik yang masuk kepada pemerintahannya tetap menjadi semangat bagi
pemerintahan Bush untuk menjalankan tugas mengatasi musibah Katrina
sekaligus menegakkan negara demokrasi yang sudah berumur 200-an tahun
ini.***
Sumber: http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=10524
Tidak ada komentar:
Posting Komentar