Selasa, 19 November 2013

CERPEN : BECAUSE OF LOVE (1)

Ketika engkau membuatku jatuh cinta,
Engkau mengajariku keindahan dari keceriaan,
Mengajariku cara menikmati matahari tenggelam,
Cara meresapi kemerduan dari kerinduan,
Dan cara tersenyum, tertawa dalam kebersamaan.
Tetapi saat engkau pergi meninggalkan ku..
Engkau belum sempat mengajariku,
Cara untuk melupakan mu,
Cara untuk meninggalkan sebuah kesedihan,
Dan cara untuk menghapus sebuah kenangan
Waktu sudah menunjukkan pukul 20. 30 wib, namun ebby masih asyik dengan desain gaun yang ia gambar sejak pagi tadi. Hmmm.. perfect pikirnya. Sesekali bibir nya tersenyum.
“Siapapun yang memakai gaun ini nantinya, pasti akan terlihat cantik.” kata mbak sisil. Yang sebetulnya membuat ebby terkejut.
“Mbak, bisa aja” jawab ebby.
“Ciyusan nih, by. Desainan kamu itu emang udah perfect, dan siapa pun yang memakainya akan terlihat seperti putri”
“hehe… makasih, mbak.” senyum eby mengembang. dan memang apa yang dikatakan oleh mbak sisil sepertinya ada benarnya juga. Gaun yang ia desain emeng terlihat bagus. Siapa dulu yang desain.. eby, hehe pikirnya dengan sedikit GR.
“Iya, apalagi kalau kamu sendiri yang makenya. Kamu akan terlihat sangat cantik, by” .
Glek..
Ucapan mbak sisil barusan membuat eby benar-benar terkejut. Eby terdiam sejenak.
“Beneran loh, by. Mbak pengen melihat kamu memakai gaun hasil desainan kamu sendiri. Ngomong-ngomong, udah punya calon belum? pasti sudah ya,” goda mbak sisil.
Lagi-lagi pertanyaan mbak sisil membuat eby merasa sesak.
“Emm.. em belum, mbak” jawab eby polos.
“kamu ini gimana, by. Mbak rasa di umur kamu yang sudah hampir 20 ini harus sudah punya calon, by.”
“hehehe… masih belum kepikiran yang itu, mbak”
“kamu ini terlalu po…” tiiittt suara klakson mobil memotong pembicaraan mbak sisil.
Huuufft… akhirnya malaikat penolong datang, pikir eby. kalau lama-lama disini, bisa-bisa gue di interogasi abis-abisan lagi ama mbak sisil, batin nya.
“Eby cabut dulu ya, mbak. tuh jemputan udah datang, daahhh..” eby buru-buru pergi.
“Hati-hati, by..”
“Lama banget keluar, udah malam nih, by.” Kata dika saat eby baru masuk mobil.
“Siapa bilang masih siang.” jawab eby sewot.
“Iya, tapi…”
“Kalau kak dika gak mau jemput, lebih baik eby turun aja disini.”
“Iya-iya eby.. galak banget”
Eby hanya diam, cemberut. Sudah tahu orang capek gini masih aja ditanya ini itu.
“Gue gini karena khawatir sama elo. Besok elo kan ada jadwal kuliah.”
Sok perhatian banget nih orang, batin eby. Siapa dia? Kakak kandung juga bukan. tapi dia kok bisa tahu ya, dengan jadwal kuliah gue. Jangan-jangan nih orang mata-matain gue lagi. Agghhr… kenapa gue jadi mikirin nih orang ya? Ngebetein banget.
Walaupun malam sudah larut gini, tapi jakarta masih bisa macet. Terlalu banget.. deh. Lampu-lampu jalanan menyala terang. ebby memandang keluar. Tiba-tiba ebby teringat kata-kata mbak sisil tadi,” ngomong-ngomong sudah punya calon belum?” kata-kata itu masih terngiang di telinga ebby.
Jangan kan calon, pacaran juga belum pernah. Dulu saat masih kelas XI emang pernah sih ebby ngerasa jatuh cinta. Derren, adalah cowok yang bisa membuat kebekuan hati ebby menjadi mencair. Bahkan sampai sekarang pun perasaan itu masih ada. Hanya saja ebby memendam perasaan itu. Berawal dari pertemuan saat mereka sama-sama mengikuti olimpiade kimia saat mereka masih duduk di bangku SMA.
Sejak saat itu mereka menjadi dekat. Mereka sama-sama belajar bareng bahkan deren sering juga ke rumah ebby.
Pribadi derren yang ramah, pandai bergaul, humoris, dan tegas membuat Ebby jatuh cinta. Itulah mengapa sampai sekarang ebby tidak pernah bisa move on dari Derren. Bagi ebby, penantian itu indah yah walau kadang bisa nyesek di hati. Tapi, ebby tetap diam, dan membiarkan rasa ini mengalir. Kalau Tuhan berkehendak pasti suatu saat mereka akan terus bersama dalam ikatan cinta.
Gak terasa mereka sudah sampai di rumah. Setelah mandi, eby segera tidur. Huft.. hari ini cukup melelahkan. Ebby baru sadar kalau sudah 1 bulan ini dia bekerja sebagai desainer di kantor mbak sisil, sepupunya. Sejak dulu ebby memang sudah berbakat dalam urusan desain-mendesain. Maka dari itu saat mbak sisil nawarin pekerjaan itu padanya, ebby tak bisa menolak. Baginya kuliah sambil bekerja itu asyik, yah walaupun mamanya sempat melarang, takut kalau konsentrasi ebby di kampus bisa terganggu dengan pekerjaan barunya. Tapi ebby tetap kekeuh dengan pendiriannya. Yang menyebabkan kedua orang tuanya, tak bisa melarang lagi tindakan anaknya tersebut. Bagi mereka, selama ebby bahagia dengan apa yang dia jalani saat ini, itu juga kebahagiaan mereka. Karena ebby adalah anak mereka satu-satunya. Mereka tak mau jika ebby kecewa.
Paginya..
“waaaaaaaa.. gue telat, mampus dah.” kata ebby saat ia menyadari jam dinding sudah menunjukkan pukul 7.15 wib, padahal jam 7.30 nanti dia harus presentasi dengan beberapa dosen.
Mandi kilat, segera ganti baju, dandan seadanya itulah yang ebby lakukan.
“pak jojo… antar ebby” teriak eby.
“pak jojo, gak ada by. kemarin sore pulang ke kampungnya.” kata mamanya.
“what? pulang kampung? terus siapa yang mau ngantar ebby, udah telat nih, ma”
“gue yang ngantar” kata dika tiba-tiba
“Tapi kamu kan mau kuliah juga, dika?” kata mama.
“oh, gak apa-apa tante. Jam 8.00 nanti dika baru masuk kuliahnya” ucap dika.
“ya udah kalau gitu, cepat yuk, kak” kata eby
“tante, kami berangkat”
“mah, ebby berangkat ya?”
“loh kalian gak sarapan dulu”
“makan diluar aja ntar mam,” kata eby
“kamu, dik. sarapan dulu.” kata mama lagi.
“oh dika masih belum laper, tan. ntar kalau lapar bisa cari diluar”
“oh ya udah, hati-hati kalian” kata mama.
Dika langsung mengeluarkan motornya dari garasi. Dan segera melaju membawa ebby.
Ternyata kak dika baik ya, batin eby. Dia bela-belain ngantar gue, padahal dia juga mau masuk kuliah mana belum sarapan lagi. Selama ini gue terlalu cuek dan menganggap kak dika suka cari perhatian gue. Tapi kenyataannya kak dika tulus melakukan ini.
Padahal tujuan kak dika ke jakarta kan buat kuliah. Om jaya menitipkan kak dika ke papa kan hanya sementara, kalau om jaya sudah pensiun dan kembali dari surabaya nanti kak dika juga akan dibawa ke london, mereka akan menetap disana. Karena semenjak mama kak dika meninggal om jaya tidak mau tinggal di jakarta, baginya bayang-bayang mama kak dika selalu ada jika mereka masih di jakarta yang penuh kenangan indah saat mereka masih bersama-sama. Tapi kenyataannya sekarang kak dika jadi sering antar jemput gue. Kaya tukang ojek.
Gak seharusnya gue bersikap seperti ini, selama ini kak dika selalu nemenin gue, perhatian dan dia orang yang paling ngerti saat gue sedih, bahagia, kesepian. Dia selalu memberi perhatiannya ke gue layaknya seorang kakak. Maafin gue kak dika, atas sikap-sikap gue.
“nah, udah sampai nih, by”. kata ’dika menyadarkan eby dari lamunannya.
“oh iya, makasih ya, kak.” eby segera turun.
“emm maafin gue, kak. Mungkin selama ini ebby terlalu kasar sama kak dika”
“iya, by. udah deh cepat masuk gih, ntar telat.” kata dika dengan tersenyum.
“oke. sekali lagi makasih atas semuanya, jangan pernah jera, hehe daahh ebby masuk dulu.” kata ebby diselingi senyum di bibirnya. ebby segera masuk.
Dika pun membalas senyuman ebby. Jauh di dalam lubuk hati dika berkata, Gue gak akan pernah jera buat antar jemput elo, by. karena gue menyayangi elo lebih dari sekedar seorang kakak yang menyayangi seorang adik.
> by, elo dimana…
Sebuah message dari derren, masuk. Ebby yang sedang makan di kantin jadi gak nafsu makan lagi, dia asik balas sms dari derren.
> di kampus, knpa?
> Pulangan nanti gue jemput.. mau?
Sms balasan dari derren mambuat ebby melambung.
> oke
Balas ebby.
Waaaaaa.. derren, gue gak sabar ketemu sama elo. Yah mungkin wajar apa yang dirasain ebby sekarang. Semenjak ebby bekerja, ebby jarang banget ketemu derren. Dengan satu alasan sibuk. Begitu juga dengan derren, semenjak sama-sama kuliah dia jarang ke rumah ebby. mungkin 1 bulan sekali, baru muncul. Itulah kenapa ebby tak mau menolak ajakan derren tadi. Lantaran ebby juga merasa kangen sama derren.
Pukul 14.00 wib, eby baru keluar dari kampusnya.
Huffft akhirnya usai juga. Dilihatnya di depan gerbang ada dika telah menunggu. Siap menjemputnya. Tapi buru-buru sebuah mobil datang dan parkir tepat di hadapannya.
“hay, by.”
“Hay… derren”
“masuk gih” kata derren sambil membukakan pintu mobil.
“oke. thanks…” sambut ebby dengan tersenyum. Jujur tak bisa dipungkiri lagi kalau ia memang benar-benar merindukan derren.
Ebby tak tahu, kalau jauh di pintu gerbang sana ada seseorang yang melihatnya dengan tatapan kecewa. Ya orang itu adalah Dika.
Sesaat kemudian mobil derren melesat pergi.
“Lama banget loe gak ada kabarnya?” tanya eby.
“ya, by. 2 minggu yang lalu papa sakit”
“sakit? udah sembuh belum?”
“udah kok, papa cuman kecapeaan aja. Maaf ya gue gak kabarin elo.”
“Iya, ren.” ebby tersenyum.
“udah makan siang belum”
Eby menggeleng.
“Ya udah makan siang yuk,”
ebby tercengang.
“Tenang dah, gue traktir ebby yang manis,”
Ebby hanya bisa mengangguk dan tersipu. Padahal jauh di dalam hatinya, dia pengen jingkrak-jingkrak ria.
Setelah makan siang, derren mengajak ebby jalan-jalan. Seharian mereka menghabiskan waktu bersama. Senja itu terasa indah buat eby. Karena dia menyaksikannya dengan derren. Bagi ebby dari dulu hingga sekarang derren selalu bisa membuatnya bahagia.
“Makasih ya, ren. elo udah anter gue pulang.” saat mereka sudah berada di depan rumah eby.
“iya. seharusnya gue yang harus ngucapin makasih sama elo”
“untuk…”
“untuk kesediaan elo nemenin gue makan, dan jalan-jalan.”
“haha, biasa aja lagi”
“Seriusan. Gue tadi tuh ngerasa kesepian banget di rumah, jadi suntuk, dan bete sendiri, syukurnya ada elo yang mau nemenin gue.”
Ebby hanya bisa tersenyum dan tersipu.
Kemudian derren mendekat. Dan…
Cupp… tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di kening eby. Seketika peredaran darah eby terasa berhenti. Sebuah kecupan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Jiwanya terasa melayang.
“Gue langsung pulang ya, by.” kata derren kemudian.
“i.. iy.. iya, Ren. Ha.. hati-hati.” jawab eby dengan salting.
Derren segera masuk ke dalam mobilnya dan kemudian melajukannya. Ebby hanya bisa tersenyum saat derren pergi, karena ebby tak tahu lagi apa yang harus ia katakan. Mulutnya terasa terkunci oleh sebuah kecupan yang ditinggalkan derren tadi. Ebby merasa benar-benar bahagia saat itu. Bagi ebby kecupan dari derren tadi seakan masih membekas di keningnya hingga saat ini bahkan mungkin akan selalu membekas sampai 1000 tahun nanti (Berlebihan..).
Waaaaa… ebby meloncat kegirangan. Kejadian tadi memang hanya sebentar tetapi meninggalkan sebuah bekas yang mungkin tak kan pernah hilang di memory ebby.
I love you derren, pekik ebby dengan pelan, segera saja ebby masuk ke dalam rumahnya.
Di sela-sela kebahagiaan ebby, ternyata ada hati yang sangat terluka saat menyaksikan kejadian tadi. Dika adalah pemilik hati itu. Dari awal ebby dan derren datang, hingga derren mengecup kening ebby, semuanya disaksikan oleh dika.
Malam ini, di sebuah kamar yang indah dan rapi, ebby merebahkan tubuhnya. Sesekali bibirnya tersenyum. Pikirannya masih dipenuhi dengan satu nama, yaitu derren. Kemudian ebby mengambil foto derren, foto yang selalu disimpan rapi di figura cantik miliknya. Dipandanginya foto itu. Derren you are my first love, I’ll love yau today, tomorrow and forever…
Dari dulu gak ada orang lain yang bisa gantiin kedudukan elo di hati gue, derren. Didekapnya foto itu dengan erat.
Dan di sebuah kamar lain, tepatnya di samping kamar ebby, Dika juga merebahkan tubuhnya. Pikirannya masih tertuju dengan kejadian yang baru saja ia lihat. Mungkin saja kejadian itu membuat ebby bahagia, namun bagi dika kejadian tadi membuatnya terluka. Sejak pertama dika tinggal di rumah ini, ia sudah merasa jatuh cinta kepada ebby. Hanya saja sampai saat ini dika belum mengatakan semua rasa itu kepada ebby. Dika hanya bisa memendam perasaan nya. Bukan karena ia seorang pecundang, hanya saja dika tidak mau masuk ke sebuah hati di mana pemilik hati tersebut telah menyukai orang lain. Bagi dika selama ebby merasa bahagia bersama derren, ia tak mau mengusiknya.
Mungkin gue hanya bisa mencintai elo dalam diam, by… pikirnya.
Karena, Cinta itu tak harus memiliki, dengan melihat orang yang dicintai bahagia itu sudah cukup, walaupun kebahagiaan itu ada, bukan karena kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar