Selasa, 19 November 2013

CERPEN : WHITE OR BLACK ?

“Yaraaaa… Cepat dikit dong! Udah jam tujuh kurang lima belas nih! Ntar telat!”
Perkenalkan namaku Trisha Chiara biasa dipanggil Icha dan yang tadi kupanggil itu adalah Yara, dia adikku. Seperti biasa aku selalu berangkat ke sekolah bersama Yara. Aku kelas 3 SMA sedangkan dia kelas 3 SMP. Aku dan adikku biasa pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda. Bukannya tak mau naik motor, tetapi keadaan bumi ku ini sudah semakin kacau, polusi dimana-mana. Jadi setidaknya aku bisa mengurangi polusi udara. Tapi, kadang-kadang kalau udah buru-buru pasti naik motor.
“Iya kak, ini aku udah siap” kata Yara yang sudah selesai memakai sepatunya.
“Makanya dek, kalo bangun itu jangan lama-lama” sahutku.
“Iya kak, sorry. Semalam banyak tugas, jadi tidurnya kelamaan” Yara berusaha menjelaskan.
“Udah-udah! Kebanyakan alasan. Ayo naik” jawabku ringkas.
Aku segera cepat-cepat untuk berangkat. Ku kayuh sepedaku dengan cepat. Tapi tiba-tiba ada sebuah sepeda motor yang mendadak keluar dari gang.
Brrruuukkk!!! Aku dan adikku terjatuh.
“Aduh…” adikku kesakitan sambil membersihkan tangannya.
“Heh! Kalo bawa motor itu hati-hati dong. Pake mata!” bentakku setelah mengetahui bahwa pengendara motor itu adalah Akbar. Dia adalah musuh bebuyutanku di sekolah. Dia adalah saingan terberatku di kelas. Kami sering bersaing dalam segala bidang. Selain itu, hal yang membuat aku membencinya adalah sifat sombongnya, mungkin karena dia dari keluarga berada.
“Iya, maaf-maaf” ujarnya.
“Wah gampang banget lo minta maaf ya! Mentang-mentang lo anak orang kaya jadi seenaknya minta maaf? Nih lo liat sepeda gue jadi rusak! Telat deh gue!” bentakku.
“Iya tenang dong, bawel amat sih. Aku pasti tanggung jawab kok” jawabnya.
“Ehhhh.. Udah-udah. Nanti aja lanjut berantemnya. Udah jam 7 lewat 5 menit nih” sahut Yara yang memotong pembicaraan kami.
“Aduh. Ya udah dek, kakak minta maaf ya. Sekolah kamu kan udah deket, kamu jalan aja ya. Kayaknya kakak telat nih” kataku kepada adikku.
“Ya udah deh kak. Aku pamit ya” jawabnya.
Aku sangat bingung dengan keadaan sepedaku. Aku tidak tau harus berbuat apa.
“Udah deh, kamu berangkat bareng aku aja. Tuh ada bengkel, sepeda kamu perbaikin aja dulu di bengkel” saran Akbar.
Sejujurnya aku tidak mau mengiyakan saran Akbar tadi. Tapi mau tidak mau, aku harus mau. Aku tidak mungkin bolos hari ini.
“Idih, amit-amit deh gue berangkat sama nih anak songong. Kalo gak karena dia, gue gak bakalan kayak gini. Terpaksa deh gue harus mau di bonceng sama dia” ungkapku dalam hati.
Di sekolah
“Kalian lari keliling lapangan 10 kali” ujar kepsek. Gara-gara kejadian tadi, aku jadi terlambat 20 menit. Dan yang paling buat gue kesal, gue harus lari keliling lapangan sama si anak songong itu. Sial sekali hari ku ini, dan ini semua karena Akbar. Kalo Akbar sih emang udah terkenal sebagai murid yang kerjaannya terlambat. Jadi ekspresi wajahnya biasa aja nanggepin hukuman ini. Aku mengirimkan pesan singkat sama Audry, teman sebangkuku. Katanya les ke 1 dan ke 2 gurunya gak datang. Bersyukurnya aku, kalau ada guru, pasti kena hukuman tambahan. Karena freeles, teman-teman sekelasku keluar. Melihat kami yang sedang di hukum dari lantai 3. Betapa malunya wajah ini, disoraki oleh teman-temanku. Di bilang romantis pula. Sebel!!
“Huft.. capek banget sumpah!” ujarku saat aku memasuki kelas.
“Lo kok bisa telat sih Cha?” tanya Audry, teman sebangkuku.
“Iya itu karena si songong itu. Bikin sial aja tuh anak” jawabku.
“Ciee. Romantis banget ya di hukum bareng. Hahaha” Audry meledekku.
“Apaan sih. Ogah banget gue di bilang romantis sama si Akbar songong itu” jelasku.
Jam pelajaran pertama dan kedua selesai. Sekarang masuk pelajaran Kimia, pelajaran favoritku. Aku berusaha melupakan kejadian tadi, aku tak mau konsentrasiku terganggu karenanya.
“Selamat pagi anak-anak”
“Pagi bu..”
“Emm.. Trisha, nanti bel istirahat jumpai ibu di kantor ya”
“Iya bu”
Aku benar-benar penasaran. Baru kali ini aku di panggil guruku ini ke kantor. Aku berpikir, kesalahan apa yang sudah kuperbuat? Jelas, hati siapa yang tidak takut sekaligus penasaran kalau di panggil ke kantor. Aku berusaha tenang walau penasaran.
Bel istirahat tiba, aku yang dengan rasa penuh penasaran segera berjalan menuju kantor guru. Aku menemui guru kimiaku.
“Permisi bu, tadi ibu memanggil saya. Ada apa ya bu?” tanyaku.
“Seminggu lagi ada lomba cerdas cermat, saya ingin mengutus kamu, Akbar dan Fadly untuk mewakili sekolah kita” ibu guru menjelaskan kepadaku.
“Sama Akbar bu?” tanyaku lagi.
“Iya. Sama Akbar, soalnya kalian berdua sering memenangkan pertandingan” jelasnya.
“Baiklah bu, kalau begitu saya permisi”
Untung saja karena Fadly juga ikut. Apa jadinya kalau aku dan Akbar saja yang dilombakan? Bahaya dong. Tapi… Tetap saja aku harus belajar kelompok tiap hari dengan dia. Benar-benar diluar dugaan!
Sepulang sekolah, tak lupa aku mengambil sepedaku di bengkel. Hari ini aku akan pergi ke rumah Fadly untuk belajar bareng. Setelah selesai menukar pakaian dan makan siang, aku mengkayuh sepedaku menuju rumah Fadly. Akbar dan Fadly itu adalah sepupuan. Tapi sifat mereka berbeda 180 derajat. Fadly itu pintar dan tidak sombong walaupun dia dari keluarga berada. Tapi kalau Akbar, jangan ditanya. Mentang-mentang pintar dan kaya, jadi seenaknya aja.
“Icha, kamu kok melamun?” Fadly memukul pundakku dan membuyarkan lamunanku.
“Nggak apa-apa Fad. Bete aja sama saudara kamu” jawabku kesal.
“Kalian tuh ya, berantam mulu. Tapi kamu itu harus sadar, kalau si Akbar itu aslinya baik banget. Hanya karena dia anak semata wayang aja makanya dia agak sombong. Kalo kamu kenal dekat, dia itu gak sombong kok. Bisa-bisa kamu malah jatuh cinta sama dia” kata Fadly.
“Hihhhh, jatuh cinta? Ogah deh sama si songong itu” jawabku geli.
Seminggu berlalu
Seminggu kami belajar bersama, perasaan geli ku terhadap Akbar sepertinya sudah berubah. Ternyata dia humoris dan baik. Benar kata Fadly, aku mulai merasa nyaman dengannya. Dan hari ini adalah hari yang menegangkan. Hari ini akan dilaksanakan lomba cerdas cermat. Aku merasa deg-degan dan Akbar menenangkan aku yang sedang gugup dan menyemangatiku.
Babak pertama, nilai di pegang oleh grup A dari SMA Negeri 1. Aku sempat putus asa, tapi Akbar dan Fadly meyakinkan aku bahwa kita akan menang. Babak kedua nilai juga masih di pegang oleh grup A tetapi nilai antara kami dengan mereka hanya beda tipis saja. Dan babak terakhir, pelajaran kimia. Pelajaran yang paling aku sukai. Dan ternyata, grup A memberikan jawaban yang salah. Dengan sigap aku memencet bel dan memberikan jawabannya. Alhasil, jawabanku benar.
“Yeee… Kita menang!!” sorakku dengan sangat gembira dan dengan spontan aku memeluk Akbar yang berada di sebelah kiriku. Aku tersadar, aku melepas pelukanku dengan malu-malu. Sementara Fadly tertawa puas melihat aksiku yang memalukan itu.
Selepas lomba ini, Akbar mengajakku berjalan-jalan ke pantai merayakan kemenangan kami esok hari. Aku sempat mengajak Fadly supaya seru. Tapi Fadly malah menolak karena ada urusan penting. Aku memang sangat menyukai suasana pantai, oleh sebab itu aku mengiyakan ajakan Akbar.
Akbar datang menjemputku untuk pergi ke pantai. Ada sesuatu yang berbeda darinya.
“Eh. Tumben nih naik sepeda” ledekku.
“Ah kamu, udah ayo naik. Kita boncengan aja”
“Loh. Aku naik sepeda aku aja ya”
“Gak usah, sama aku aja, ayo! Bawel amat”
Akupun naik keboncengan Akbar. Cuaca pagi ini benar-benar sangat mendukung. Entah kenapa, ada rasa yang berbeda di hatiku terhadap Akbar. Sepertinya ini namanya First Love. Karena ini hari minggu, suasana pantai sangat ramai.
“Cha, duduk disana aja ya. Rame banget disini”
“Ya udah.” Ternyata memang benar. Disini sangat nyaman, bisa merasakan angin sepoi-sepoi dan ombak yang menggulung“
Sejenak suasana hening, hanya suara ombaklah yang terdengar riuh.
“Cha, aku suka sama kamu” tiba-tiba Akbar mengatakan sesuatu yang membuatku kaget. Aku sebenarnya senang sekali, tetapi aku benar-benar gugup dan tak mampu mengungkapkan sepatah katapun.
“Cha, aku udah suka sama kamu dari kelas 10. Tapi kamu sinis banget sama aku. Kamu ngira aku sombong karena aku gak pernah nyapa orang. Dan kamu merasa aku saingan terberat kamu” Akbar menjelaskan.
“Iya maaf dit, aku kira kamu emang sombong. Tapi semenjak seminggu ini, aku udah kenal sifat kamu. Ternyata semua pemikiranku salah. Maaf ya” ujarku.
“Cha, kamu mau jadi pacar aku? Kalau kamu nerima aku, kamu ambil coklat putih ini. Tapi kalo kamu nolak, kamu ambil coklat hitam ini.
Tanganku pun mengangkat coklat hitam yang di pegang Akbar. Aku melihat wajahnya yang sedih.
“Yaudah Cha, gapapa kok” ujarnya dengan nada sedih dan wajah yang murung.
“Akbar, aku ngambil coklat hitam karena aku gak suka coklat putih. Tapi aku nerima kamu kok. Hehehe..”
“Yaelah Cha, udah sedih banget padahal gue..”
“Hahaha, sorry.”
“Jadi kamu mau kan jadi pacarku?”
“Iyaaa.. Aku mau jadi pacar kamu Akbaarrrr…” Aku berteriak dan memeluknya. Dia membalas pelukanku. Aku menceburkannya ke pantai. Ujung-ujungnya, kami jadi bermain basah-basahan. Benar-benar wajah kami dipenuhi dengan keceriaan.
Aku jadi teringat sedikit potongan lagu yang sangat aku sukai..
Loneliness and innocence. With you invaded my heart. I’ve learned to hate the truth of love. It’s tearing me apart.
So here I am again somewhere in between. Hate to Love
Trying to find reality in a dream. Hate to love
I’m afraid to say I need someone like you. Hate to love

Tidak ada komentar:

Posting Komentar