Rabu, 13 November 2013

CERPEN : BECAUSE OF LOVE (3)

Ternyata apa yang eby perkirakan ada betulnya. Pesta pertunangan itu sangat mewah. Banyak sekali para tamu undangan. Ebby juga melihat papa dan mamanya disitu. Waduuh kapan mereka datang ya, cepat amat. Perasaan tadi masih santai di rumah, pikir ebby bingung. Sementara menunggu acar dimulai banyak tamu undangan yang mengisi waktu dengan berdansa bersama masing-masing pasangannya.
“eby..” teriak mbak sisil. sambil melambaikan tangan.
Eby segera menuju ke arah mbak sisil yang sedang duduk menikmati hidangan yang sudah disiapkan.
Lima belas menit kemudian, terdengar kata sambutan untuk membuka acara.
“Baik, terimakasih atas kedatangan bapak/ibu serta adik-adik dalam acara pertunangan anak saya, yang sebentar lagi akan berlangsung.”
Loh.. bukannya itu papanya derren, pikir eby. Kenapa beliau bilang yang akan tunangan ini anaknya, bukannya derren adalah anak mereka satu-satunya, pikir eby.
Deg, deg.. Jantung eby berdetak cepat. Rasa bingung dan penasaran nya semakin bersatu.
“Baik, sebelum acara dimulai kita sambut kedua insan yang akan bertunangan pada malam hari ini.” Ucap MC dalam acara tersebut.
Rendah riuh tepukan tamu undangan terdengar. Dari jauh sosok kedua mempelai itu mendekati tempat yang sudah disiapkan untuk mereka berdua.
Semakin lama kedua mempelai semakin mendekat. Sosok tunangan perempuan terlihat sangat anggun dengan memakai gaun panjang bermotif mutiara dilengkapi dengan bunga-bunga yang menjadikannya seperti seorang putri istana. Tapi…
Derren… pekik eby, saat keedua mempelai berjalan di depannya.
Glek. Serasa menghadapi ribuan musuh bersenjata, jantung eby berdegup semakin cepat. Peredaran darahnya seketika terhenti. Otot-otot di dalam tubuhnya serasa berhenti berkontraksi, Yang membuat seluruh tubuhnya lemas dan membeku.
Gak.. gue pasti salah lihat, ini bukan derren, pikir eby.
“Loh, by. Bukannya itu derren teman kamu?” Tanya mbak sisil berbisik.
Eby tak bisa menjawab apa-apa. Bibirnya terasa semakin kelu. Jadi benar orang yang saat ini ada di depannya dan ssebentar lagi akan melaksanakan pertunangan itu derren, orang yang sangat dicintainya. Butiran-butiran air mata tak lagi dapt dibendungnya lagi. Eby merasa dunianya serasa hancur. 3 tahun eby menunggu dan menanti cinta dari derren, tapi kini berakhir dengan balasan yang menyakitkan. Ya sangat menyakitkan bagi eby.
Eby segera berlari keluar. Ia tak sanggup melihat orang yang di cintainya telah dimiliki orang lain. Kini jelas sudah, derren telah memilih orang lain, bukan dirinya. Dan selama ini semua perhatiaan yang derren berikan hanyalah perhatian seorang teman. Hanya teman. Tak lebih.
Eby mencoba berlari sekuat-kuat nya, untuk menghilangkan semua bayang-bayang derren di benaknya. Namun, hanya sia-sia yang eby dapat. Seberapa pun dan sekuat apapun tindakan eby untuk melupakan derren, tapi hati eby masih untuk derren.
“Eby, kemana, ya. Cepat banget ngilangnya.” ujar mbak sisil keheranan, melihat ebby pergi dari tempat itu.
Mbak sisil mulai panik mencari eby. Tetapi tak berapa lama kemudian eby menelponnya, agar mbak sisil segera pulang.
Di tengah keramaian kota jakarta, ebby berjalan dengan pelan. Tatapannya tertuju ke depan, melayang tak tentu arah. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan setelah ini. Rasanya ada yang hilang dari hatinya. Hilang entah kemana. hanya serpihan luka yang tertinggal di hatinya.
Tak berapa lama kemudian, ebby menghentikan langkahnya di suatu tempat yang dulu pernah ia datangi dengan derren. Entah apa yang membawa langkah kaki nya ke tempat ini.
Ebby memandang ke sekeliling. Dulu, di tempat ini, saat ebby bosan, di marahi mamanya, dan saat ada masalah, derren selalu datang menemaninya. Derren membuat ebby terhibur dari masalahnya yang sedang dihadapinya, membuat ebby tersenyum hinnga ebby melupakan masalahnya. Satu kalimat yang dulu pernah di ucapkan derren, sampai sekarang masih tersimpan rapi dimemori ebby.
“elo lagi ada masalah ya, by. Kalo mau nangis, nangis aja di bahu gue.” kata-kata itulah yang selalu menyejukkan hati ebby.
Tapi sekarang semuanya seakan hilang. Lenyap tertelan bumi. Tidak ada lagi yang akan menghibur ebby. Karena penghibur hatinya kini telah berdua dengan yang lain. Tetes air mata ebby tak pernah terhenti dari sudut maatanya. Hanya sepi dan sunyi yang menyaksikan kesedihan ebby.
Dua bulan setelah itu.
Pukul 07.00…
Ebby sudah berada di kampusnya. Karena hari ini adalah hari dimana ebby akan dinobatkan sebagai sarjana. Waaahh… inilah sebenarnya hari yang ditunggu oleh ebby. Setelah 5 tahun ia menyandang nama mahasiswa. Free…
Detik demi detik, menit bahkan jam pun segera berlalu. Ebby dengan bangga membawa orang tuanya untuk menerima gelar S1. Apalagi dia adalah lulusan terbaik di universitas indonesia, universitas tercintanya. Rasa haru, bangga, senang, juga sedih harus berpisah dengan teman-temannya, melayang-layang di fikirannya.
“Makasih ya sayang, dari dulu kamu selalu bisa membuat kami bangga terhadap prestasimu.” ucap papanya.
“iya pa, ma. Ini juga berkat kalian. Ebby sayang papa dan mama.”
Mereka saling berpelukan, tertawa bahagia. menggambarkan sebuah keluarga kecil yang sangat harmonis.
Kemudian,
Ebby selamat ya. Ebby jangan lupa sama gue ya. Ebby jangan putus kontak ya walau kita jauh. Ebby kita foto-foto bareng yuk, dan bla.. bla,
Waaa, teman-teman ebby bener-bener deh, cerewet. Nggak cowok, nggak cewek.. ampun deh
Triiingg… satu pesan buru-buru nongol di Hp ebby.
“happy birthday.. happy birthday.. happy birthday ebby. Selamat ulang tahun, by. selamt juga buat elo yang udah wisuda. panjang umur dan selalu diberkahi oleh tuhan, setiap apa yang menjadi cita-citamu. Allah bless you.
# I miss you, febby ashanti.
Derren..
Degh.. jantungnya berdetak tak menentu. Ebby tak pernah menyangka Kalu ternyata derren masih ingat dengan hari ulang tahunnya.
Padahal mama dan papa, teman-teman, bahkan dirinya sendiri juga lupa kalau hari ini adalah hari dimana 20 tahun yang lalu ia dilahirkan. Tiupan angin berdesis merdu, menemani tetesan air mata ebby yang perlahan-lahan muncul dari sudut matanya.
Ebby menghentikan mobilnya di sebuah tempat dimana 2 bulan yang lalu ebby datang di hari pertunangan Derren. Ya.. tempat itulah yang selalu didatangi ebby saat hatinya tengan gundah. Tempat ini adalah tempat yang sangat sederhana. Di sekelilingnya banyak tumbuh pohon dan bunga-bunga liar. Di tengahnya ada sebuah danau terbentang. Benar-benar tempat yang sejuk ya temen-temen
Ebby berjalan mengelilingi danau, dulu derren sering mengajaknya bermain main di tepi danau. Saling berkeja-kejaran bahkan sampai tercebur ke dalam danau. Senyum simpul mengembang dari bibir ebby saat mengingat nya. Dan kini semua itu sudah menjadi sebuah kenangan hanya tinggal kenangan.
Tiba-tiba mata ebby tertuju pada sebuah kura-kura yang ada di tepi danau.
Deby… ucap ebby ke kura-kura kecil itu. Ebby serasa balik ke masa 5 tahun silam.
Ya.. nama kura-kura itu adalah Deby. Yang tak lain adalah gabungan dari nama Deren dan ebBy. 5 tahun yang lalu saat mereka masih SMA, sepulang sekolah derren mengajak ebby datang ke tempat tersebut. Dan pada saat itu mereka menemukan kura-kura yang masih sangat kecil terjebak diantara ranting-ranting pohon yang jatuh di tepi danau. Derren dan ebby yang mengetahui hal itu, segera menolong kura-kura kecil dan merawatnya hingga mereka menamai kura-kura itu dengan sebutan DEBy.
“Deby, kamu udah gede ya, udah lama aku nggak kesini nengokin kamu. Apa derren juga nggak pernah kesini? Apa dia datang kemari bersama dengan waita lain?” ucap ebby dengan mengelus kura-kura itu.
“Debi, tau nggak. Derren udah bertungan dengan orang lain. Dia jahat, bi. Dia jahat banget sam aku, Dia nggak pernah ngerti dengan perasaan aku. Padahal aku sayang banget sama dia, bi. Bahkan sampai sekarang pun, aku belum bisa melupakan dia.” Kali ini ebby mulai menangis lagi. Hanya itu yang dia bisa saat dia mengingat kenangan nya bersama derren.
“Sekeras apa-pun ngelupain orang yang paling kita sayangi itu mustahil. Tapi seenngaknya, bisa kan, mengubah kenangan menjadi sebuah buku tebal. Yang sewaktu-waktu bisa dibuka kembali. Bukan menjadikan sebuah kenangan menjadi sesuatu yang menyakitkan.”
Ebby terkejut saat mendengar ucapan itu. Suara itu seperti suara…
“Kak Dika…?”
“Ebby…”
Ebby langsung menghambur dalam pelukan Dika. Ebby ingin bercerita, ebby ingin menangis dan ingin mencurahkan semua masalah demi masalah yang ia hadapi, semenjak Dika tidak ada di sampingnya, semenjak dika pergi ke london.
“Kalau mau nangis, nangis aja, by. Ada gue disini.”
“Makasih kak. Dari dulu kakak selalu baik pada ebby. kakak selalu bisa membuat ebby merasa nyaman.” Dan Air mata ebby mulai tumpah kembali.
“Iya, by. Gue nggak akan ninggalin elo, Gue nggak akan ngebiarin orang yang gue cintai menangis sendiri dalam kesedihannya.”
Deg…
Jantung ebby bergetar. Air mata ebby tersa terhenti, ikut mencerna kata-kata yang baru saja Dika ucapkan.
Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar