Kawasan Bukit Siguntang yang berada di Bukit Besar Palembang sejak
lama menyimpan cerita misteri. Meski demikian, hal itu tidak
mengurungkan niat banyak orang untuk mengunjungi kawasan elok ini.
Kawasan ini dengan ketinggian sekitar 27 meter di atas permukaan laut
tepatnya di Kelurahan Bukit Lama. Jika berada di atas bukit, kita bisa
memandang sebagian Kota Palembang.
Berdasarkan cerita legenda dan dongeng, setiap tokoh yang dimakamkan
itu memiliki karisma dan sejarah masing-masing. Kini, masing-masing
makam yang berada di kaki bukit dan mengarah ke puncak bukit masih
terawat baik. Dari hasil penemuan pada tahun 1920 di sekitar bukit ini
telah ditemukan sebuah patung (arca) Buddha bergaya seni Amarawati yang
raut wajah Srilangka berasal dari abad XI masehi yang sekarang
diletakkan di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Tempat ini sampai sekarang masih tetap dikeramatkan karena di sini
terdapat beberapa makam Raja Sriwijaya. Di antaranya Radja Si Gentar
Alam, Putri Kembang Dadar, Panglima Bagus Kuning, Panglima Bagus Karang,
Putri Rambut Selako, Pangeran Radja Batu Api, Panglima Tuan
Djundjungan. Para tokoh itu berasal dari masa akhir Kerajaan Sriwijaya
dari Mataram Hindu dan keturunan Majapahit.
Nyai Atun (75), salah seorang juru kunci yang berasal dari Pacitan, Jawa
Timur, sudah puluhan tahun kerja di sana. Saat ditemui Suara SJI, Atun
menyayangkan tak ada petunjuk khusus yang bisa didapatkan soal sejarah
dan bagaimana keberadaan makam-makam itu. ”Di depan makam hanya tertulis
nama tokoh dengan tujuh makam Raja Sriwijaya, tanpa keterangan sedikit
pun,” ungkapnya.
Menurut Atun, Kerajaan Sriwijaya merupakan keturunan dari Majapahit yang
pusat kerajaannya berada di Kota Palembang. Hal ini dikuatkan dengan
foto udara yang menggambarkan adanya kanal-kanal yang menunjukkan tempat
pertahanan atau benteng dari kerajaan.
Sebaliknya, Kepala Bidang Objek Pariwisata Kota Palembang Ahmad Zazuli
mengatakan, di Bukit Siguntang terdapat delapan makam. Yang terakhir
adalah Panglima Jago Lawang. “Memang tak begitu jelas tentang keberadaan
makam itu. Yang pasti, makam itu berada di dataran tinggi untuk
menghindari banjir,” ujarnya.
Bukit Siguntang pernah menjadi pusat Kerajaan Palembang yang dipimpin
Parameswara, adipati di bawah Kerajaan Majapahit. Sekitar tahun 1511,
Parameswara memisahkan diri dari Majapahit dan merantau ke Malaka. Di
sana ia sempat bentrok dengan pasukan Portugis yang hendak menjajah
Nusantara. Adipati itu menikah dengan putri penguasa Malaka, menjadi
raja, dan menurunkan raja-raja Melayu yang berkuasa di Malaysia,
Singapura, dan Sumatera.
Radja Sigentar Alam merupakan raja tertua di antara tujuh raja
Sriwijaya. Kisah perjalanan Raja Macedonia ini, menurut versi cerita
rakyat Melayu, adalah cerita tentang Radja Sigentar Alam. Nama aslinya
Iskandar Zulkarnain Sahalam, dengan nama serumpun Malaysia Johor.
Kakaknya bernama Permai Swana dengan nama asli Datuk Iskandar Sahalam
yang berada di Malaysia Johor.
Radja Sigentar Alam berasal dari Kerajaan Mataram Kuno Majapahit, yang
menganut agama Hindu-Buddha. Datang ke Lembang Melayu membawa kapal
mengarungi samudera hingga tiba di Lancang Kuning. “Ketika datang ke
sini jangkarnya terkait di tanah segumpal, karena masa dulu semua dunia
merupakan samudra laut yang luas. Kapal tersebut terdampar, kemudian
menghilang,” tutur Atun sembari merangkai kembang tujuh warna itu.
Lain halnya dengan Putri Kembang Dadar, seorang putri dari kahyangan
dengan nama asli Putri Bunga Malur, anak Bunda Kahyangan. Percaya atau
tidak, kalau Putri Kembang Dadar ini berada di atas kahyangan, maka
langit menjadi mendung, gelap dan berpelangi. ”Sebaliknya, apabila ia
turun dari atas kahyangan, maka petir dan hujan pun akan turun,”
ungkapnya.
Sekitar tahun 1554, muncul Kerajaan Palembang yang dirintis Ki Gede Ing
Suro, seorang pelarian Kerajaan Pajang, Jawa Tengah. Kerajaan ini juga
mengeramatkan Bukit Siguntang dengan mengubur jenazah Panglima Bagus
Sekuning dan Panglima Bagus Karang. Keduanya sama-sama berasal dari
Mataram Kuno Majapahit. Kedua tokoh itu berjasa memimpin pasukan
kerajaan saat menundukkan pasukan Kesultanan Banten yang menyerang
Palembang.
Berbeda lagi dengan Putri Rambut Selako. Nama aslinya Putri Kencana
Bungo, berasal dari Keraton Yogya, anak dari Prabu Wijaya. Pangeran
Radja Batu Api berasal dari Jeddah, sedangkan Panglima Tuan Djundjungan
berasal dari Arab yang menyebarkan agama Islam.
Aan (23), salah satu warga Bukit Siguntang sekaligus pengunjung yang
ditemui bersama tiga temannya mengatakan, biasanya mereka datang ke
tempat itu untuk foto-foto sambil menikmati suasana di sore hari.
”Tempat wisata ini harus dijaga agar tidak rusak. Pemerintah juga harus
peduli terhadap wisata yang kita miliki sekarang,” ujarnya.
Meski tak bisa menjamin akan mendapatkan jawaban atas misteri para tokoh
sejarah yang dimakamkan di bukit ini, minimal kita akan melihat bukti
nyata bahwa para tokoh dalam cerita itu dan lokasi makam yang penuh
dengan misteri dan teka-teki, memang benar ada. (Ria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar