Kisah Nabi Yusuf terdapat dalam satu surah penuh yang juga bernama surah
Yusuf. Disebutkan bahwa sebab turunnya surah Yusuf adalah karena
orang-orang Yahudi meminta kepada Rasulullah saw untuk menceritakan
kepada mereka kisah Nabi Yusuf. Kisah Nabi Yusuf telah mengalami
perubahan pada sebagiannya dan terdapat penambahan pada sebagiannya.
Lalu Allah SWT menurunkan satu surah penuh yang secara terperinci
menceritakan kisah Nabi Yusuf.
Allah SWT berfirman:
"Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan
Al-Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami
mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahuinya. "
(QS. Yusuf: 3)
Para ulama berbeda pendapat dalam hal mengapa kisah ini disebut dengan
kisah yang terbaik? Ada yang mengatakan bahwa kisah ini memiliki
keistimewaan dibandingkan dengan kisah-kisah Al-Qur'an yang lain dilihat
dari sisi kandungannya yang memuat berbagai ungkapan dan hikmah. Ada
yang mengatakan karena Nabi Yusuf mengampuni saudara-saudaranya dan
bersikap sabar atas tindakan mereka. Ada yang mengatakan lagi bahwa
karena di dalamnya terdapat kisah para nabi dan orang-orang saleh,
terdapat juga pelajaran tentang kehormatan diri dan adanya godaan,
kehidupan para raja, pria dan wanita, tipu daya kaum wanita, di
dalamnya juga disebut tentang aspek tauhid dan fiqih, pengungkapan
mimpi dan penakwilannya. Di samping itu, ia adalah surah yang penuh
dengan peristiwa-peristiwa dan petualangan emosi (perasaan atau cinta).
Ada yang mengatakan bahwa ia disebut sebagai kisah yang terbaik karena
semua orang-orang yang disebut di dalamnya pada akhirnya mendapatkan
kebahagiaan. Alhasil, kita percaya bahwa terdapat sebab penting di balik
keistimewaan kisah ini. Kisah dalam surah tersebut bermuara dari awal
sampai akhir pada satu bentuk di mana Anda akan merasakan adanya
kekuasaan Allah SWT dan terlaksananya perintah-Nya meskipun banyak
manusia berusaha menentangnya:
"Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya. " (QS. Yusuf: 21)
Nabi Yusuf mendapatkan berbagai ujian dalam hidupnya. Beliau menghadapi
persekongkolan jahat yang justru datang dari orang-orang yang dekat
dengannya, yaitu saudara-saudaranya. Mereka merencanakan untuk
membunuhnya. Rencana itu mereka buat saat Yusuf masih kecil. Kemudian
Yusuf dijual di pasar budak di Mesir lalu ia dibeli dengan harga yang
sangat murah. Kemudian beliau menghadapi rayuan dari istri seorang
lelaki yang memiliki jabatan penting. Ketika ia menolak rayuannya, ia
pun dijebloskan ke dalam penjara. Dalam beberapa waktu, beliau menjadi
tahanan di penjara. Meskipun mendapatkan berbagai kehinaan ini, pada
akhirnya beliau mampu menduduki tampuk kepemimpinan di Mesir. Beliau
menjadi menteri dari raja yang pertama. Ia memulai dakwahnya di jalan
Allah SWT dari atas panggung kekuasaan. Ia melaksanakan rencana Allah
SWT dan menunaikan perintah-Nya. Demikianlah kandungan dari kisahnya.
Kisah tersebut seolah-olah menggambarkan suatu adegan film yang sangat
mengagumkan, episode demi episode. Di samping itu, Anda akan dihadapkan
pada satu bagian dari bagian-bagian peristiwa yang membuat Anda
tercengang dan cukup mengganggu daya imajinasi Anda. Itu adalah kisah
seni yang sangat mengesankan yang tidak mampu diungkapkan oleh seniman
mana pun dari kalangan manusia. Pada mulanya kisah itu mengungkap mimpi
dan pada akhirnya menakwilkan mimpi ini. Mimpi para nabi pasti selalu
berisi kebenaran, di mana Allah SWT menyingkapkan di dalamnya berbagai
peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada awal kisah, kita
tidak mengetahui bahwa Yusuf adalah seorang Nabi. Begitu juga konteks
Al-Qur'an terkesan menyembunyikan nama ayahnya, yaitu Nabi Yakub
sebagaimana disampaikan oleh Nabi saw. Jadi, kita berhak untuk
merenungkan mimpi tersebut dengan penuh keheranan. Layar akal
pertama-tama menampilkan pemandangan mimpi. Perhatikanlah film yang
dimulai dengan mimpi. Mimpi identik dengan tidur, dan permulaan kisah
apa pun yang dimulai dengan tidur tidak terlepas dari rasa kantuk.
Tetapi yang perlu diperhatikan adalah faktor-faktor daya tarik cerita
itu sendiri. Al-Qur'an menceritakan bagaimana Nabi Yusuf menyampaikan
mimpinya kepada ayahnya:
"(Ingatlah), Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: 'Wahai ayahku,
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku."' (QS. Yusuf: 4)
Amatilah bentuk tantangan yang diwujudkan oleh adanya mimpi yang
membangkitkan daya khayal. Perhatikanlah potensi imajinasi bagaimana ia
menjalankan aktifitasnya. Sesungguhnya otak manusia merupakan suniber
masalah di rnana ia menciptakan di dalamnya suatu gambar dari sujudnya
matahari, bulan dan bintang. Dengan gambaran mukjizat ini yang menantang
imajinasi para ahli seni dan film, kisah Nabi Yusuf dimulai. Atau,
dimulailah video visual dari kisah Nabi Yusuf sebagaimana yang
diceritakan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya. Nabi Yusuf melihat mimpi dan
ia sekarang membeberkannya kepada ayahnya:
"Ayahnya berkata: 'Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu
kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk
membinasakan)mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia.'" (QS. Yusuf: 5)
Si ayah mengingatkannya agar jangan sampai ia menceritakannya kepada
saudara-saudaranya. Sesungguhnya saudara-saudara Nabi Yusuf tidak
mencintainya dan tidak menyukai kedekatannya dengan ayahnya, dan mereka
juga tidak simpati dengan perhatian si ayah padanya. Yusuf bukanlah
saudara kandung mereka di mana Nabi Yakub menikahi istri kedua yang
tidak melahirkan baginya anak-anaknya dan lahirlah darinya Yusuf dan
saudara kandungnya. Yusuf bin Yakub dan Yakub bin Ishak bin Ibrahim.
Silsilah suci dalam rotasi suci. Ketika mendengar mimpi anaknya, Nabi
Yakub merasa bahwa anaknya itu akan mengemban suatu urusan besar, yaitu
rotasi kenabian yang berada di sekitarnya. Sebagian ulama berkata: "Nabi
Yakub merasa bahwa Allah SWT memilih Yusuf melalui mimpi ini": •
"Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi nabi) dan di
ajarakan-Nya kepadamu sebagian dari tabir mimpi-mimpi." (QS. Yusuf: 6)
Makna takwil adalah mengetahui akhir dari sesuatu dan kemampuan untuk
menyingkap suatu kesimpulan, juga mengetahui rahasia yang belum terjadi.
Lalu apa yang dimaksud dengan ahadist? Mereka mengatakan bahwa ia
adalah mimpi. Nabi Yusuf akan mampu menafsirkan mimpi di mana melalui
simbol-simbolnya yang tersembunyi, ia mampu melihat apa yang akan
terjadi di masa depan. Ada yang mengatakan bahwa ahadist adalah
peristiwa-peristiwa. Nabi Yusuf akan mengetahui kesudahan dari suatu
peristiwa, baik dari permulaannya dan akhirannya. Allah SWT akan
memberikan ilham padanya sehingga ia mengetahui takwil mimpi.
"Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Yusuf: 6)
Pada akhir pembicaraannya, Nabi Yusuf mengembalikan ilmu dan hikmah
kepada Allah SWT. Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa ayat tersebut
bukan termasuk bagian dari dialog Nabi Yakub bersama anaknya Yusuf,
namun ia merupakan pujian dari Allah SWT terhadap Yusuf. Perkataan
tersebut dimasukan dalam rangkaian kisah sejak permulaannya, padahal ia
bukan bagian darinya. Jadi, sejak semula Nabi Yusuf dan Nabi Yakub tidak
mengetahui takwil dari mimpinya. Kami memilih pendapat ini (pendapat
ini dikemukakan oleh al-Qurthubi dalam tafsirnya: Al-Jami' li Ahkamil
Qur'an. Kalau begitu, kita memahami dialog dalam bentuk pemahaman yang
lain. Sesungguhnya Allah SWT menceritakan di sini bagaimana Dia memilih
Yusuf. Ini berarti proses kenabian Yusuf, dan bukan mengajarinya untuk
menakwilkan mimpi serta memberitahunya tentang hakikat simbol-simbol
yang ada dalam kehidupan atau dalam mimpi, selain mukjizat-mukjizatnya
sebagai seorang nabi. Dan Allah SWT Maha Mengetahui kepada siapa
agamanya diserahkan. Nabi Yakub mendengarkan mimpi anaknya dan
mengingatkannya agar jangan menceritakannnya kepada saudara-saudaranya.
Yusuf memenuhi permintaan ayahnya. Ia tidak menceritakan pada
saudara-saudaranya apa yang dilihatnya. Yusuf berprasangka bahwa mereka
membencinya sampai pada batas di mana sulit baginya untuk merasa nyaman
bersama mereka, dan kemudian menceritakan kepada mereka
rahasia-rahasianya yang khusus dan mimpi-mimpinya. Tersembunyilah
penampilan Nabi Yakub dan anaknya, lalu layar film menampilkan kejadian
lain, yaitu saudara-saudara Nabi Yusuf yang membuat persengkokolan:
"Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah)
Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Yaitu)
ketika mereka berkata: Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya
(Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal
kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita ada
dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia he suatu
(daerah yang tidak di kenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu
saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.
Seorang di antara mereka berkata: 'Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi
masukkanlah dia ke dalam sumur, supaya dia dipungut oleh beberapa orang
musafir, jika kamu hendak berbuat. " (QS. Yusuf: 7-10)
Di dalam lembaran-lembaran perjanjian lama disebutkan bahwa Nabi Yusuf
menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya. Tidak terdapat isyarat
Al-Qur'an yang menunjukkan hal itu. Kalau memang demikian, niscaya
saudara-saudaranya akan menceritakan hal itu dan kedengkian mereka akan
semakin bertambah sehingga mereka segera membunuhnya. Yusuf percaya
dengan pesan ayahnya dan ia tidak menceritakan mimpinya kepada
saudara-saudaranya. Meskipun demikian, saudara-saudaranya tetap
merencanakan konspirasi dan niat jahat padanya. Salah seorang mereka
berkata: "Mengapa ayah kita lebih mencintai Yusuf daripada kita?"
Saudara yang kedua berkata: "Barangkali karena ketampanannya." Saudara
ketiga berkata: 'Yusuf dan saudaranya kedua-duanya mendapat tern-pat di
had ayahnya." Saudara yang pertama berkata: "Sungguh ayah kita telah
sesat." Salah seorang mereka mengusulkan sebuah solusi: "Kalau begitu
bunuhlah Yusuf." "Mengapa kita membunuhnya? lebih baik kita membuangnya
di bumi yang jauh. Mengapa kita tidak membunuhnya, lalu kita merasa
tenang." Salah seorang di antara mereka berkata: "Mengapa ia harus
dibunuh? Apakah kalian ingin menghindar darinya? Kalau begitu, lebih
baik kita membuangnya ke dalam sumur yang di situ menjadi tempat
lewatnya para kafilah. Maka kafilah itu akan mengambilnya dan membawanya
ke tempat yang jauh sehingga ia jauh dari wajah ayahnya. Dengan jauhnya
Yusuf, maka tujuan kita tercapai. Kemudian setelah itu, kita bertaubat
dari kejahatan kita dan kita kembali menjadi orang-orang yang baik."
Dialog tersebut terus berlanjut setelah timbul ide untuk memasukan Yusuf
ke sumur. Namun mereka tetap kembali pada ide-ide itu karena ia
dianggap sebagai ide yang paling aman. Ide untuk membunuh diurungkan.
Kemudian timbullah ide untuk menjauhkan dan membuang Yusuf. Itu dianggap
ide yang paling cemerlang. Dari sini kita memahami bahwa
saudara-saudara Yusuf, meskipun kejahatan mereka dan kedengkian mereka
sangat kental, namun dalam had mereka masih tersisa titik-titik
kebaikan. Akhirnya, ide untuk membuangnya ke sumur diputuskan. Kemudian
mereka sepakat untuk melaksanakan rencana itu:
"Mereka berkata: 'Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai
kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
mengingini kebaikan baginya. Biarkan dia pergi bersama kami esok pagi,
agar ia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan
sesungguhnya kami pasti menjaganya.' Berkata Yakub: 'Sesungguhnya
kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkankanku dan aku khawatir
kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah darinya. Mereka
berkata: 'Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan
(yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang
merugi.'" (QS. Yusuf: 11-14)
Terjadilah dialog antara mereka dan ayahnya dengan penuh kelembutan dan
dendam yang tersembunyi. Mengapa engkau tidak merasa aman ketika kami
pergi dengan Yusuf? Apakah Yusuf dapat menjadi saudara kandung kami,
lalu mengapa engkau khawatir kepada kami jika kami membawanya. Bukankah
kami mencintainya dan nanti akan menjaganya. Mengapa engkau tidak
membiarkannya pergi bersama kami besok untuk bersenang-senang dan
bermain. Bukankah ketika ia pergi dan main-main, itu dapat menghiburnya?
Lihatlah wajahnya tampak pucat karena ia sering berdiam di rumah,
seharusnya ia harus bermain agar tampak ceria. Masalahnya adalah, Yakub
khawatir terhadap serigala-serigala gurun. Apakah yang dimaksud Yakub
adalah serigala-serigala yang ada dalam diri mereka atau
serigala-serigala hakiki, yaitu binatang yang buas? Tidak ada seorang
pun yang mengetahuinya. Mereka membujuk ayahnya agar mengizinkan Yusuf
pergi dengan mereka. Akhirnya, mereka berhasil meyakinkan ayahnya yang
sangat khawatir kalau-kalau Yusuf dimakan oleh serigala. Apakah ini
masuk akal? Kami sepuluh orang laki-laki, maka mana mungkin kami yang
banyak ini lalai darinya? Sungguh kami akan kehilangan sifat kejantanan
kami seandainya terjadi peristiwa itu. Kami jamin bahwa tidak ada seekor
serigala pun yang akan memakannya. Karena itu, ddak ada yang perlu
dikhawatirkan. Si ayah berdiri di bawah tekanan anak-anaknya. Mereka pun
berhasil menemani Yusuf pada hari berikutnya dan pergi dengannya ke
gurun. Mereka menuju tempat yang jauh yang belum pernah mereka berjalan
sejauh itu. Mereka mencari sumur yang di situ sering dilewati oleh para
kafilah dan mereka berencana untuk memasukan Yusuf ke dalam sumur itu.
Allah SWT mengilhamkan kepada Yusuf bahwa ia akan selamat, maka ia tidak
perlu takut. Allah SWT menjamin bahwa Yusuf akan bertemu dengan mereka
pada suatu hari dan akan memberitahu mereka apa yang mereka lakukan
kepadanya.
Salesailah satu adegan dan akan dimulai adegan yang lain. Kita bisa
membayangkan bahwa Yusuf sempat melakukan perlawanan kepada mereka namun
mereka memukulnya dan mereka memerintahnya untuk melepas bajunya, lalu
mereka menceburkannya ke dalam sumur dalam keadaan telanjang. Kemudian
Allah SWT mewahyukan kepadanya bahwa ia akan selamat dan karenanya ia
tidak perlu takut. Di dalam sumur itu terdapat air, namun tubuh Nabi
Yusuf tidak terkena hal yang membahayakan. Ia sendirian duduk di sumur
itu, kemudian ia bergantungan dengan batu:
"Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis.
Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah
palsu. Yakub berkata: 'Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik
perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah
(kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap
apa yang kamu ceritakan.'" (QS. Yusuf: 16-18)
Peristiwa ini terjadi di malam yang gelap. Tetapi kegelapan itu segera
dipecah oleh tangisan sepuluh orang lelaki. Sementara itu, si ayah duduk
di rumahnya lalu anak-anaknya masuk menemuinya di tengah-tengah malam
di mana kegelapan malam menyembunyikan kegelapan had dan kegelapan
kebohongan yang siap ditampakkan. Nabi Yakub bertanya: "Mengapa kalian
menangis? Apakah terjadi sesuatu pada kambing? Mereka berkata sambil
meningkatkan tangisannya:
"Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami
tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala;
dan kamu sekali-kali tidak akan pernah percaya kami, walaupun kami
adalah orang-orang yang benar. " (QS. Yusuf: 17)
"Setelah kembalinya kita dari adu lari, kita dikagetkan ketika melihat
Yusuf telah berada di perut serigala. Kita tidak menemukan Yusuf.
Mungkin engkau tidak percaya kepada kami meskipun kami jujur, tetapi
kami menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi. Kita tidak berbohong
kepadamu. Sungguh Yusuf telah dimakan oleh serigala. Inilah pakaian
Yusuf. Kita menemukan pakaian Yusuf berlumuran darah sedangkan Yusuf
tidak kita temukan:
"Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. " (QS. Yusuf: 18)
Mereka menyembelih kambing atau rusa lalu melumurkan darah palsu ke
pakaian Yusuf. Mereka lupa untuk merobek-robek pakaian Yusuf. Mereka
malah membawa pakaian sebagaimana biasanya (masih utuh) tetapi hanya
berlumuran darah. Mereka melemparkan pakaian Yusuf di depan ayahnya yang
saat itu sedang duduk. Nabi Yakub memegang pakaian anaknya. Lalu ia
mengangkat pakaian itu dan memperhatikannya di bawah cahaya yang
terdapat dalam kamar. Ia membalik-balikkan baju itu di tangannya namun
ia mendapatinya masih utuh dan tidak ada tanda-tanda cakaran atau robek.
Serigala apa yang makan Yusuf? Apakah ia memakannya dari dalam pakaian
tanpa merobek pakaiannya? Seandainya Yusuf mengenakan pakaiannya lalu ia
dimakan oleh serigala, niscaya pakaian tersebut akan robek. Seandainya
ia telah melepas bajunya untuk bermain dengan saudara-saudaranya, maka
bagaimana pakaian tersebut dilumuri dengan darah sementara saat itu ia
tidak menggunakan pakaian? Melalui bukti-bukti itu, Nabi Yakub
mengetahui bahwa mereka berbohong. Yusuf tidak dimakan oleh serigala. Si
ayah mengetahui bahwa mereka berbohong. Ia mengungkapkan hal ini dalam
perkataannya:
"Yakub berkata: 'Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik
perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah
(kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap
apa yang kamu ceritakan.'" (QS. Yusuf: 18)
Demikianlah perilaku nabi yang bijaksana. Ia meminta agar diberi
kesabaran dan memohon pertolongan kepada Allah SWT atas apa yang mereka
lakukan terhadap anaknya. Selanjutnya, terdapat kafilah yang berjalan
menuju ke Mesir, yaitu satu kafilah besar yang berjalan cukup jauh
sehingga dinamakan sayyarah. Semua kafilah itu menuju ke sumur. Mereka
berhenti untuk menambah air. Mereka mengulurkan timba ke sumur. Lalu
Yusuf bergelantungan dengannya. Orang yang mengulurkannya mengira bahwa
timbanya telah penuh dengan air lalu ia menariknya. Tiba-tiba, "Oh ini
anak kecil." Di zaman itu ditentukan bahwa siapa yang menemukan sesuatu
yang hilang, maka ia akan memilikinya. Demikianlah undang-undang yang
ditetapkan saat itu. Mula-mula orang yang menemukannya gembira tetapi ia
berpikir tentang tanggung jawab yang harus dipikulnya, dan kemudian
dmbullah rasa khawatir dalam dirinya. Kemudian untuk menghindar darinya
ia menetapkan untuk menjualnya saat ia tiba di Mesir. Akhirnya, ketika
ia sampai di Mesir ia segera menjualnya di pasar budak dengan harga yang
sangat murah di mana ia dibeli oleh seorang lelaki yang mempunyai
kepentingan dengannya:
"Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh
seorang pengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: 'Oh;
kabar gembira, ini seorang anak muda!' Kemudian mereka menyembunyikan
dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan. Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu
beberapa dirham saja, dan mereka tidak tertarik hatinya hepada Yusuf.
Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya: 'Berikanlah
kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi ia bermanfaat
kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak.' Dan demikianlah Kami
berikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir) dan agar
Kami ajarkan kepadanya ta'bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap
urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya. " (QS. Yusuf:
19-21)
Perhatikanlah bagaimana Allah SWT mengungkap kandungan cerita yang jauh
pada permulaannya: "Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahuinya. "
Yusuf benar-benar diuji dengan ujian yang berat. Ia dimasukkan dalam
sumur, ia dihinakan, ia dijauhkan dari ayahnya, ia diambil dari sumur
lalu menjadi budak yang dijual di pasar, ia dibeli oleh seorang lelaki
dari Mesir lalu menjadi seseorang yang dimiliki oleh lelaki itu.
Demikanlah cerita demi cerita telah dialaminya. Yusuf tampak tidak
memiliki daya dan upaya. Demikianlah prasangka manusia mana pun tetapi
hakikat selalu berlawanan dengan prasangka. Yang dapat kita bayangkan
adalah bahwa itu adalah sebuah tragedi, ujian, dan fitnah. Allah SWT
pasti memenangkan urusan-Nya. Dia akan memuluskan langkah-Nya meskipun
banyak orang yang berusaha menghentikannya. Allah SWT akan mewujudkan
janji-Nya dan akan menggagalkan kejahatan orang lain. Allah SWT telah
menjanjikan kepada Yusuf bahwa ia akan dijadikan Nabi.
Yusuf mendapatkan tempat di hati seseorang yang membelinya, yaitu
seorang bangsawan yang berkata kepada istrinya: "Hormatilah ia, karena
barangkali ia bermanfaat bagi kita atau kita dapat menjadikannya sebagai
anak." Lelaki ini bukanlah orang sembarangan tetapi ia seorang yang
penting. Ia termasuk seseorang yang berasal dari pemerintah yang
berkuasa di Mesir. Kita akan mengetahui bahwa ia adalah seorang menteri
di antara menteri-menteri raja. Seorang menteri yang penting yang
Al-Qur'an menyebutnya dengan istilah al-Aziz. Orang-orang Mesir kuno
terbiasa untuk menyebutkan sifat seperti nama atau identik dengan nama
terhadap para menteri. Misalnya, mereka mengatakan: Ini adalah al-Aziz
(orang yang mulia), ini adalah al-'Adil (orang yang adil), ini adalah
al-Qawi (orang yang kuat), dan seterusnya. Alhasil, pendapat yang paling
kuat adalah, bahwa al-Aziz ini kepala menteri di Mesir.
Demikianlah Allah SWT menguatkan Yusuf di muka bumi. Ia terdidik di masa
kecil di rumah seorang lelaki yang berkuasa dan Allah SWT akan
mengajarinya takwil mimpi. Dan pada suatu hari, raja akan membutuhkannya
untuk menduduki jabatan di Mesir. Allah SWT akan memenangkan urusan-Nya
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Semua itu terwujud melalui
suatu ujian berat yang dialami oleh Yusuf. Nabi Yusuf adalah orang yang
paling tampan di masanya, di mana wajahnya mengundang decak kagum orang
yang melihatnya. Sikapnya yang sopan dan penuh dengan keanggunan moral
semakin menambah ketampanannya. Hari demi hari berlalu. Yusuf pun
semakin tumbuh besar:
"Dan tatkala dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Yusuf: 22)
Yusuf diberi kemampuan untuk mengendalikan suatu masalah dan ia diberi
pengetahuan tentang kehidupan dan peristiwa-peristiwanya. Ia juga diberi
metode dialog yang dapat menarik simpati orang yang mendengarnya. Yusuf
diberi kemuliaan sehingga ia menjadi pribadi yang agung dan tak
tertandingi. Tuannya mengetahui bahwa Allah SWT memuliakannya dengan
mengirim Yusuf padanya. Ia mengetahui bahwa Yusuf memiliki kejujuran,
kemuliaan, dan istiqamah (keteguhan) lebih dari siapa pun yang pernah
ditemuinya dalam kehidupan.
Sementara itu, istri al-Aziz selalu mengawasi Yusuf. Ia duduk di
sampingnya dan berbincang-bincang bersamanya. Ia mengamati kejernihan
mata Yusuf. Lalu ia bertanya kepadanya dan mendengarkan jawaban dari
Yusuf. Akhirnya, kekagumannya semakin bertambah pada Yusuf. Al-Qur'an
melukiskan kisah terakhir dari perjalanan cinta ini di mana si wanita
itu mulai menggunakan siasat dan taktik untuk memperdaya Yusuf:
"Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf
untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu seraya
berkata: 'Marilah ke sini.' Yusuf berkata: 'Aku berlindung kepada
Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.' Sesungguhnya
orang-orang yang lalim tiada beruntung. Sesungguhnya wanita itu telah
bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf bermaksud
(melakukan pula) dengan wanita itu andaikan dia tidak melihat tanda
(dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan darinya kemungkaran
dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba yang terpilih.
" (QS. Yusuf: 23-24)
Al-Qur'an tidak menyebut sedikit pun tentang berapa usia wanita itu dan
berapa usia Yusuf. Kita dapat mengamati hal itu hanya dengan perkiraan.
Ia menghadirkan Yusuf saat beliau masih kecil dari sumur. Dia adalah
seorang istri yang misalnya berusia dua puluh tiga sementara Yusuf
berusia dua belas tahun. Setelah tiga belas tahun, ia berusia tiga puluh
enam sementara Yusuf berusia dua puluh lima. Apakah peristiwa itu
memang terjadi di usia ini? Boleh jadi memang demikian. Tindakan wanita
itu dalam peristiwa itu dan peristiwa sesudahnya menunjukkan bahwa ia
wanita yang sudah matang dan cukup berani. Peristiwa ini yang
diungkapkan oleh Al-Qu'ran al-Karim merupakan puncak dari
peristiwa-peristiwa yang lalu yang sangat mengganggu daya imajinasi
kita.
Sungguh istri al-Aziz sangat mencintai Yusuf. Ia merayunya dengan cara
terang-terangan lalu ia menutup pintu-pintu sambil berkata: "Hai Yusuf
kemarilah kau ke sini. Kali ini engkau tidak akan dapat lari dariku."
Ini berarti bahwa terdapat peristiwa sebelumnya di mana Yusuf dapat
menghindar darinya. Peristiwa sebelumnya tidak disampaikan dengan cara
terang-terangan seperti ini. Yusuf telah terdidik di istana seorang
menteri besar di Mesir. Anda bisa membayangkan bagaimana Yusuf tinggal
di lingkungan yang mewah yang dikelilingi dengan wanita-wanita cantik.
Yusuf adalah seorang pemuda yang dibeli oleh suaminya dan menjadi
budaknya. Ia memanggilnya di tempat tidurnya dan memerintahkannya untuk
menghadirkan gelas minuman, misalnya. Atau tampak padanya bajunya yang
tipis atau ia menampakan padanya kecantikannya atau ia merayunya dengan
rayuan yang biasa dilakukan oleh kaum wanita terhadap kaum pria.
Bayangkanlah semua ini di mana mereka berdua selama beberapa tahun
tinggal di satu rumah dan di bawah satu atap. Wanita itu menggoda Yusuf
dan merayunya, sementara Yusuf masih bertahan dengan ketakwaannya.
Wanita itu terbelenggu dengan hawa nafsunya. Kemudian datanglah hari
yang terakhir. Wanita itu bosan dengan sikap tidak peduli ini dan sikap
pura-pura tidak tahu ini. Ia menentukan untuk mengubah rencananya. Ia
tidak lagi menggunakan bahasa isyarat dia lebih memilih bahasa
terang-terangan. Ia menutup semua pintu dan menyobek cadar rasa malu dan
ia menjelaskan cintanya kepada Yusuf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar