Barangkali ia berkata kepada Yusuf: 'Yusuf, alangkah tampan wajahmu."
Dan barangkali Yusuf akan berkata demikian: "Tuhanku menggambarkan aku
sebelum aku diciptakan." Wanita itu berkata sambil mendekati Yusuf:
"Yusuf, alangkah halusnya rambutmu." Yusuf berkata: "Ia adalah sesuatu
yang pertama kali hancur dariku saat aku berada dalam kuburan." Wanita
itu berkata: "Alangkah jernih kedua matamu." Yusuf berkata: "Dengan
keduanya aku melihat apa yang diciptakan oleh Tuhanku." Wanita itu
berkata: "Bukankah aku adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhanmu?
Angkatlah pandangan matamu dan lihatlah wajahku." Yusuf berkata: "Aku
takut pada hari kiamat." Wanita itu berkata: "Aku mendekat padamu tetapi
engkau malah menjauh dariku." Yusuf berkata: "Aku ingin mendekat pada
Tuhanku." Wanita itu berkata: "Aku telah dikuasai oleh perasaan cinta
padamu. Aku menjadi bagian dari udara yang aku hirup dan yang aku
bernapas darinya. Engkau tidak akan lari dariku." Yusuf mengetahui bahwa
ia mengajaknya untuk mendekati, lalu beliau berkata: "Aku berlindung
kepada Allah SWT. Aku meminta ampun kepada Allah SWT Yang Maha Agung.
Tuhan Pencipta alam semesta telah memuliakan aku dengan rumah ini, dan
pemilik rumah ini telah memuliakan aku dengan kepercayaannya. Maka
siapakah yang aku khianati? Dan keselamatan apa yang aku harapkan bagi
diriku jika aku memang melakukan apa yang engkau inginkan." Allah SWT
berfirman: "Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan
itu) dengan Yusuf, dan Yusuf bermaksud (melakukan pula) dengan wanita
itu andaikan dia tidak melihat tanda (dan) Tuhannya."
Para ahli tafsir sepakat tentang keinginan wanita itu untuk melakukan
maksiat, sedangkan mereka berselisih pendapat tentang hasrat yang ada
pada Nabi Yusuf. Ada yang mengatakan bahwa wanita itu memang ingin
melakukan maksiat dengannya dan Yusuf pun memiliki perasaan yang sama,
namun ia tidak sampai melakukannya. Ada yang mengatakan lagi bahwa
wanita itu berhasrat untuk menciumnya dan Yusuf berhasrat untuk
memukulnya. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa hasrat ini memang
terdapat di antara mereka sebelum terjadinya peristiwa ini. Ia merupakan
gerakan jiwa yang terdapat dalam diri Yusuf saat beliau menginjak usia
puber kemudian Allah SWT memalingkannya darinya. Dan sebaik-baik tafsir
yang cukup menenangkan saya bahwa di sana terdapat pendahuluan dan
pengakhiran dalam ayat tersebut.
Abu Hatim berkata: "Aku membaca bagian yang unik dari Al-Qur'an pada Abu
Ubaidah dan ketika aku sampai pada firman-Nya": "Sesungguhnya wanita
itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf
bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu,"
Abu Ubaidah berkata: "Ini berdasarkan pendahuluan dan pengakhiran.
Dengan pengertian bahwa wanita itu benar-benar cenderung pada Yusuf, dan
seandainya Yusuf tidak melihat tanda kebenaran dari Tuhannya niscaya ia
pun akan cenderung padanya. Saya kira tafsir ini sesuai dengan
kemaksuman para nabi sebagaimana ia juga sesuai dengan konteks ayat yang
datang sesudahnya": "Demikianlah, agar Kami memalingkan darinya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuh hamba-hamba
yang terpilih."
Ayat tersebut menetapkan bahwa Nabi Yusuf termasuk hamba-hamba Allah SWT
yang ikhlas, pada saat yang sama menetapkan juga kebebasannya dari
pengaruh kekuasaan setan. Allah SWT berkata kepada Iblis pada hari
penciptaan:
"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka,
kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-arang yang sesat. "
(QS. al-Hijr: 42)
Selama Yusuf termasuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas, maka ia akan
tersucikan dari berbagai dosa. Ini tidak berarti bahwa Yusuf sunyi dari
perasaan kejantanan dan ini juga tidak berarti bahwa Yusuf berada dalam
kesucian para malaikat di mana mereka tidak terpengaruh dengan daya
tarik materialis (bendawi). Namun ini berarti bahwa beliau menghadapi
godaan yang cukup lama dan beliau mampu untuk melawannya, dan jiwanya
tidak cenderung padanya. Kemudian beliau dibimbing dan ditenangkan oleh
ketakwaannya yang mampu melihat tanda-tanda kebenaran dari Tuhannya.
Apalagi Yusuf adalah putra Yakub, seorang Nabi, putra Ibrahim, kakek
para Nabi dan kekasih Allah SWT.
Terjadilah perkembangan pergulatan antara mereka berdua. Dialog telah
berkembang dari bahasa lisan menuju bahasa tangan. Istri menteri itu
mengulurkan tangannya kepada Yusuf dan berusaha untuk memeluknya. Yusuf
berputar dalam keadaaan pucat wajahnya dan berlari menuju ke pintu. Lalu
ia dikejar oleh wanita itu dan wanita itu menarik-narik pakaiannya
seperti orang tenggelam yang memegang perahu. Kedua-duanya sampai ke
pintu. Tiba-tiba pintu itu terbuka namun suaminya datang bersama salah
satu kerabatnya:
"Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju
gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami
wanita itu di muka pintu." (QS. Yusuf: 25-29)
Wanita yang sedang mabuk cinta kepada Yusuf itu melihat suaminya muncul
di tengah-tengah peristiwa itu, ia segera menggunakan kelicikannya.
Jelas sekali bahwa di sana terdapat pergulatan. Yusuf tampak gemetar
dengan penuh rasa malu dan butiran-butiran keringat mengalir dari
keningnya. Sebelum suaminya membuka mulutnya untuk mengawali
pembicaraan, wanita itu mendahuluinya dengan melontarkan tuduhan kepada
Yusuf: "Wanita itu berkata: 'Apakah pembalasan terhadap orang yang
bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan atau
(dihukum) dengan azab yangpedih?'"
Ia menuduh Yusuf telah merayunya. Ia mengatakan bahwa Yusuf berusaha
memperkosanya. Yusuf memandangi wanita itu dengan kepolosan dan
kesabaran. Sebenarnya Yusuf berusaha menyembunyikan rahasia wanita itu
namun ketika ia mulai menuduhnya Yusuf terpaksa mempertahankan dirinya.
"Yusuf berkata: 'Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)."
Kini giliran si suami untuk menunjukkan reaksinya. Kami kira ia berkata:
"Pelankanlah suara kalian berdua. Sesungguhnya di rumah ini terdapat
banyak budak dan pembantu. Ini adalah masalah khusus." Kepala menteri
itu adalah seorang tua yang terkesan tenang dan tidak gampang emosi.
Peristiwa ini terjadi di kalangan kelompok masyarakat yang bergaya hidup
mewah, bukan kaum tradisional sehingga mereka cenderung menggunakan
cara-cara yang bijak dan terbaik dalam menyelesaikan masalah. Kemudian
kepala menteri itu duduk dan mulai mengusut kejadian itu. Ia bertanya
kepada istrinya dan juga bertanya kepada Yusuf. Kemudian orang yang ada
di dekat wanita itu berkata: "Sesungguhnya kunci persoalan ini terletak
pada pakaian Yusuf. Jika pakaiannya robek dari depan, maka ini berarti
Yusuf memang ingin memperkosanya. Wanita itu akan merobek pakaian Yusuf
untuk mempertahankan dirinya."
Si suami berkata: "Lalu bagaimana jika pakaiannya robek dari belakang."
Seorang penengah dari keluarganya berkata: "Maka ini berarti wanita itu
yang merayunya. Jadi kunci dari peristiwa ini ada pada pakaian Yusuf."
Akhirnya, pakaian itu berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain.
Kemudian seorang penengah dari keluarganya mengamati pakaian itu, lalu
ia mendapatinya dalam keadaan robek dari belakang. Selanjutnya, kepala
menteri itu pun melihatnya dan ia juga mendapatinya dalam keadaan robek
dari belakang. Maka secara otomatis tuduhan itu dibalikkan pada si
istri. Allah SWT menceritakan peristiwa ini dalam firman-Nya: "Dan
seorang saksi keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: 'Jika baju
gamisnya itu koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk
orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka
wanita itulah yang berdusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.'
Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf terkoyak di
belakang berkatalah ia: 'Sesungguhnya (kejadian) itu adalah tipu daya
kamu, Sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.'"
Ketika si suami memastikan pengkhianatan istrinya, ia tampak
tenang-tenang saja dan tidak menunjukkan emosi yang berlebihan, bahkan
ia tidak berteriak dan tidak marah. Aturan kelompok terpandang saat itu
memaksanya untuk menyikapi suatu persoalan dengan penuh ketenangan dan
kelembutan. Ia berkata: "Sesungguhnya ini adalah bagian dari tipu daya
kalian, hai para wanita." Ia menisbatkan apa yang dilakukan oleh
istrinya kepada tipu daya yang umumnya dikerjakan oleh para wanita. Ia
menegaskan bahwa tipu daya perempuan umumnya sangat besar (berbahaya).
Kemudian ia menoleh pada Yusuf sambil berkata: "Hai Yusuf berpalinglah
dari masalah ini. Lupakanlah masalah ini dan janganlah engkau terlalu
peduli dengannya serta jangan pula engkau menceritakannya. Inilah yang
penting, yaitu menjaga hal-hal yang telah terjadi. Kami tidak ingin
masalah ini akan mencuat ke permukaan."
Kemudian si suami merasa bahwa ia belum mengatakan sesuatu pun kepada
istrinya selain pernyataannya yang berhubungan dengan tipu daya kaum
wanita secara umum. Ia ingin berkata kepada istrinya tentang sesuatu
yang khusus. Ia berusaha untuk bersikap keras pada istrinya tetapi
kekerasan itu berakhir dengan kelembutan yang terwujud dalam ucapannya:
"Dan (kamu hai istriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu
sesunguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah. "
Setelah pernyataan yang pertama dan nasihat yang terakhir, si suami
mengakhiri masalah tersebut, lalu Yusuf pun pergi. Tuan rumah itu tidak
meminta perincian atau kronologis peristiwa yang terjadi antara istrinya
dan pemuda yang mengabdi padanya. Yang ia minta adalah agar pembicaraan
ini ditutup sampai di sini saja. Tetapi masalah ini sendiri meskipun
terjadi di kalangan masyarakat yang terpandang tidak dapat begitu saja
di tutup. Alhasil, masalah tersebut akhirnya tersebar kemana-mana.
Peristiwa itu tersebar dari satu istana ke istana-istana penguasa saat
itu. Kemudian wanita-wanita yang tinggal di istana itu mulai ramai-ramai
menjadikannya sebagai bahan cerita. Kemudian masalah itu pun tersebar
di penjuru kota:
"Dan wanita-wanita di kota berkata: 'Istri al-Aziz menggoda bujangnya
untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada
bujangan itu adalah sangat mendalam, Sesungguhnya kami memandangnya
dalam kesesatan yang nyata. " (QS. Yusuf: 30)
Di sini kita mengetahui bahwa yang dimaksud wanita dalam kasus roman itu
adalah istri dari al-Aziz dan bahwa laki-laki itu yang membeli Yusuf
dari Mesir itu adalah seorang menteri di Mesir, yakni seorang pembesar
atau tokoh atau ketua dari para menteri. Barangkali ketika membeli
Yusuf, ia masih menjadi menteri biasa lalu setelah itu ia naik jabatan.
Dan sekarang ia menjadi kepala menteri di Mesir.
Akhirnya berita tersebut berpindah dari satu mulut ke mulut yang lain,
dan dari satu rumah ke rumah yang lain sehingga sampailah berita itu ke
telinga istri al-Aziz. Barangkali dikatakan kepadanya: "Penduduk kota
banyak yang membicarakan kisah romantismu." la berkata: "Kisah
romantisku dengan siapa?" Dikatakan padanya: "Dengan Yusuf." Ia berkata:
"Aku memang tidak dapat memungkiri bahwa aku mencintainya." Dikatakan
kepadanya: "Semua istri menteri membicarakan tentang kecenderunganmu
padanya." Ia berkata: "Apa yang mereka katakan?" Dikatakan kepadanya:
"Sunguh engkau berada di dalam kesesatan yang nyata." Ia berkata mulai
tampak emosinya: "Kesesatan apa? Siapa yang mengatakan bahwa aku
tersesat. Tidakkah wanita-wanita itu pernah melihat bagaimana si Yusuf?
Apakah mereka mengetahui daya tariknya? Siapa mereka itu yang mengatakan
demikian? Sebutkanlah padaku nama-nama wanita-wanita yang banyak bicara
itu."
Istri al-Aziz terdiam sebentar dan tampaknya ia sedang berpikir.
Kemudian ia telah menetapkan sesuatu dan memerintahkan untuk
mendatangkan parajuru masak. Akhirnya, para juru masak datang ke istana.
Ia memberitahu mereka bahwa ia akan menyiapkan suatu jamuan besar di
istana. Ia telah memilih berbagai macam hidangan dan minuman. Ia telah
memerintahkan agar diletakkan pisau-pisau yang tajam di sebelah
buah-buah apel yang dihidangkan, dan hendaklah juga diletakkan kain
putih di sebelah wadah atau piring-piring yang di situ diletakkan apel,
juga diletakkan bantal-bantal yang memang saat itu menjadi tradisi
masyarakat timur. Kemudian ia mengundang kaum hawa yang membicarakan
petualangan cintanya dengan Yusuf. Akhirnya, datanglah hari jamuan itu.
Wanita-wanita dari kalangan masyarakat elit segera berdatangan menuju ke
istana kepala menteri. Istri al-Aziz memanfaatkan acara itu sebagai
kesempatan emas untuk menunjukkan seorang pemuda yang paling tampan dan
paling mengagumkan.
Undangan tersebut dibatasi hanya di kalangan wanita sehingga mereka
lebih leluasa dan lebih bebas untuk mendengarkan cerita dan untuk
mengobrol. Mereka duduk dan besandar di atas bantal-bantal sambil makan
dan minum. Pesta jamuan itu terus berlangsung di mana dihidangkan di
atasnya makanan yang istimewa dan minuman yang dingin dan sangat
menyenangkan orang yang melihatnya.
Tempat pesta itu dipenuhi dengan berbagai macam komentar dan berbagai
macam canda tawa. Kami kira bahwa setiap wanita yang hadir di tempat itu
sengaja menahan lidahnya agar jangan sampai menyentuh kisah Yusuf.
Sebenarnya mereka semua mengetahui peristiwa yang terjadi antara Yusuf
dan wanita perdana menteri itu, tetapi mereka sengaja menyembunyikannya
seakan-akan mereka tidak mengetahuinya. Demikianlah aturan main yang
biasa dipegang oleh kalangan elit dari masyarakat saat itu. Namun, istri
al-Aziz, sebagai tuan rumah, justru mengguggah mereka dan ia justru
membuka persoalan tersebut: "Aku mendengar ada wanita-wanita yang
mengatakan bahwa aku jatuh cinta pada seorang pemuda yang bernama
Yusuf." Tiba-tiba keheningan yang menyelimuti meja makan itu runtuh dan
tangan-tangan para undangan nyaris lumpuh. Istri al-Aziz benar-benar
mencuri kesempatan itu. Ia bercerita sambil memerintahkan para
pembantunya untnk menghadirkan apel. "Aku mengakui bahwa memang Yusuf
seorang pemuda yang mengagumkan. Aku tidak mengingkari bahwa aku
benar-benar mencintainya, dan aku telah mencintainya sejak dahulu," kata
istri al-Aziz dengan nada serius. Kemudian wanita-wanita itu mulai
mengupas apel. Saat itu peradaban di Mesir telah mencapai puncak yang
jauh di mana gaya hidup niewah menghiasi istana-istana.
Pengakuan istri al-Aziz menciptakan suatu kedamaian umum di ruangan itu.
Jika istri al-Aziz saja mengakui bahwa ia memang jatuh cinta kepada
Yusuf, maka pada gilirannya mereka pun berhak untuk mencintainya.
Meskipun demikian, mereka mengisyaratkan bahwa seharusnya istri al-Aziz
tidak cenderung pada Yusuf justru sebaliknya, ia harus menjadi tempat
cinta. Seharusnya, ia yang dikejar oleh pria, bukan sebaliknya. Istri
al-Aziz mengangkat tangannya dan mengisyaratkan agar Yusuf masuk dalam
ruangan itu. Kemudian Yusuf masuk di ruang makan itu. Ia dipanggil oleh
majikannya kemudian ia pun datang. Kaum wanita masih mengupas buah, dan
belum lama Yusuf memasuki ruangan itu sehingga terjadilah apa yang
dibayangkan oleh istri al-Aziz.
Tamu-tamu wanita itu tiba-tiba membisu. Sungguh mereka tercengang ketika
menyaksikan wajah yang bercahaya yang menampakkan ketampanan yang luar
biasa, ketampanan malaikat. Wanita-wanita itu pun terdiam dan mereka
bertakbir, dan pada saat yang sama mereka terus memotong buah yang ada
di tangan mereka dengan pisau. Semua pandangan tertuju hanya kepada
Yusuf dan tak seorang pun di antara wanita itu melihat buah yang ada di
tangannya. Akhirnya, wanita-wanita itu justru memotong tangannya sendiri
namun mereka tidak lagi merasakannya. Sungguh kehadiran Yusuf di tempat
itu sangat mengagumkan mereka sampai pada batas mereka tidak merasakan
rasa sakit dan keluarnya darah dari tangan mereka.
Salah seorang wanita berkata dengan suara yang pelan: "Subhanallah (Maha
Suci Allah)." Wanita yang lain berkata dengan suara lembut yang
menampakkan keheranan: "Ini bukan manusia biasa." Sedangkan wanita yang
ketiga berkata: "Ini tiada lain adalah seorang malaikat yang mulia."
Tiba-tiba istri al-Aziz berdiri dan berkata: "Inilah dia orang yang
kalian cela aku karena daya tariknya. Memang tidak aku pungkiri bahwa
aku pernah merayunya dan menggodanya untuk diriku. Di hadapan kalian ada
handuk-handuk putih untuk membalut luka. Sungguh kalian telah dikuasai
oleh Yusuf, maka lihatlah apa yang terjadi pada tangan-tangan kalian."
Akhirnya, pandangan mereka sekarang berpindah dari Yusuf ke jari-jari
mereka yang terpotong oleh pisau yang tajam di mana mereka tidak lagi
merasakannya.
Kami kira Yusuf melihat atau memandang ke arah bawah (tanah),
atau mengarahkan pandangannya ke depannya tanpa ada maksud tertentu,
tetapi ketika disebut ada darah yang keluar di sekitar tempat jamuan
itu, maka ia pun melihat ke arah tempat jamuan itu. Yusuf dikagetkan
dengan adanya darah yang mengalir di sekitar buah apel yang keluar dari
jari-jari wanita itu. Yusuf segera mendatangkan perban dan air seperti
biasa yang dilakukan pemuda yang bekerja di istana. Kami kira bahwa
istri al-Aziz berkata saat Yusuf memerban luka yang diderita oleh para
wanita: "Sungguh aku telah menggodanya namun ia mampu menahan dirinya.
Jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia
akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina."
Kami kira Yusuf tidak menghiraukan ucapannya dan tidak mengomentarinya.
Beliau adalah seorang Nabi, tetapi tragedi wanita tersebut adalah bahwa
ia mencintai seorang nabi. Kami kira juga bahwa wanita-wanita itu
menggodanya pada saat meraka hadir di tempat jamuan. Salah seorang yang
sangat cantik berkata kepada Yusuf saat beliau membalut lukanya:
"Sungguh sekadar engkau memandang tanganku hai Yusuf, itu sudah cukup
bagiku untuk mengobati jariku yang terpotong." Atau ada wanita lagi yang
mengatakan padanya: "Yusuf, tidakkah engkau menginginkan seorang
perempuan yang akan membersihkan sepatumu dan akan mencuci pakaianmu dan
yang akan mengabdi kepadamu."
Barangkali wanita-wanita yang hadir di pesta jamuan itu memiliki
berbagai macam cara untuk menggoda. Mungkin sebagian mereka menggunakan
senjata mata atau senjata bulu mata atau senjata fisik untuk
mendapatkan Yusuf. Kita tidak mengetahui secara pasti apa yang terjadi
di tempat jamuan itu. Biarkanlah daya khayal kita menggembara dan
menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. Tampak bahwa berbagai godaan
ditujukan pada Yusuf dari wanita-wanita yang hadir dan diundang di acara
itu. Yusuf berdiri di tengah-tengah ujian yang berat ini dengan penuh
keheranan:
"Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.'" (QS. Yusuf: 33)
Semua wanita-wanita yang ikut serta dalam undangan tersebut mencoba
untuk menundukkan Yusuf dengan menggunakan lirikan, gerakan-gerakan
tertentu, atau isyarat atau dengan bahasa yang jelas. Yusuf memohon
pertolongan Allah SWT agar ia diselamatkan dari tipu daya mereka. Ia
berdoa kepada Allah SWT sebagai seorang manusia yang mengenal
kemanusiaanya dan tidak terpedaya dengan kemaksumannya dan kenabiannya.
Ia berdoa kepada Allah SWT agar memalingkan tipu daya mereka darinya
sehingga ia tidak cenderung kepada mereka dan kemudian menjadi orang
yang bodoh. Allah SWT mengabulkan doanya. Kemudian tangan-tangan yang
terputus mulai merasakan kesakitan, dan Yusuf meninggalkan ruang makan
itu. Setiap wanita sibuk memerban lukanya dan masing-masing mereka
berpikir tentang alasan apa yang akan mereka sampaikan ketika suami
mereka bertanya tentang tangan mereka yang terpotong itu? Dan, di mana
peristiwa itu terjadi?
Allah SWT menceritakan jamuan yang besar itu dalam firman-Nya:
"Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka,
diundanglah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tern-pat
duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk
memotong jamuan) kemudian dia berkata (kepada Yusuf): 'Keluarlah
(nampakanlah dirimu) kepada mereka.' Maka tatkala wanita-wanita itu
melihatnya, mereka kagum akan keelokan rupanya, dan mereka melukai
(jari) tangannya dan berkata: 'Maha sempurna Allah, ini bukanlah
manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.
Wanita itu berkata: 'Itulah dia orang yang kamu cela aku karena
(tertarik) kepadanya dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk
menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya
jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia
akan termasuk golongan orang-orang yang hina. Yusuf berkata: 'Wahai
Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka
kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka,
tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah
aku termasuk orang-orang yang bodoh.' Maka Tuhannya memperkenankan doa
Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Yusuf: 31-34)
Allah SWT berhasil memalingkan dan menyelamatkan Yusuf dari tipu daya
wanita itu. Akhirnya, wanita-wanita itu merasa putus asa untuk
mendapatkan Yusuf dan mendapatkan cinta darinya, sehingga mereka merasa
bahwa rasa cinta mereka kepada Yusuf adalah sesuatu keinginan yang
mustahil untuk diwujudkan. Keinginan-keinginan yang mustahil ini justru
membangkitkan ingatan mereka kepada Yusuf lebih daripada sebelumnya.
Wanita-wanita mulai membicarakan Yusuf: tentang pengaruhnya,
kewibawaannya, dan kemuliaannya. Mereka mulai menceritakan bagaimana
mereka memotong tangan mereka dengan pisau ketika melihat Yusuf.
Akhirnya, berita itu tersebar dari kelompok elit ke masyarakat bawah.
Manusia mulai membicarakan tentang sosok pemuda yang menolak keinginan
istri seorang ketua menteri, dan istri-istri dari para menteri memotong
tangan mereka karena merasa kagum dengannya. Seandainya kasus ini
diketahui secara terbatas di kalangan istana dan kamar-kamarnya yang
tertutup niscaya tidak ada seorang pun yang memperhatikannya. Tetapi
masalah ini kemudian menyebar kemana-mana sampai kelapisan masyarakat
yang paling bawah.
Di sinilah kewibawaan pemerintah dipertaruhkan dan menjadi pertimbangan.
Lalu, rezim yang berkuasa menangkap Yusuf. Yusuf dimasukkan dalam
penjara untuk niembungkam banyaknya gosip-gosip yang disampaikan
berkenaan dengan sikapnya serta sebagai cara untuk menutup cerita itu.
Yusuf telah berkata ketika wanita-wanita memanggilnya untuk melakukan
kesalahan bahwa penjara baginya lebih ringan dan lebih disukainya
daripada memenuhi ajakan mereka. Demikianlah Yusuf kemudian masuk ke
dalam penjara. Meskipun sebenarnya Yusuf bebas dari segala tuduhan, ia
tetap dimasukkan dalam penjara.
Kami tidak yakin bahwa istri al-Aziz adalah penyebab masuknya Yusuf ke
dalam penjara. Kami mengetahui bahwa penolakan tegasnya kepadanya
membangkitkan kesombongannya dan cukup menjatuhkan kemuliaannya tetapi
kami percaya bahwa wanita itu memang benar-benar mencintainya.
Barangkali masuknya Yusuf dalam penjara membuat suatau kondisi lain yang
mengubah hubungannya dengan Yusuf di mana ketika Yusuf jauh darinya,
makarasa rindunya dan rasa cintanya kepada Yusuf justru meningkat. Ia
berandai-andai seandainya Yusuf keluar dari penjara meskipun hal itu
tidak dapat diwujudkannya.
Dan barangkali bukti klaim kami yang mangisyaratkan perubahan cintanya
padanya dan ketulusannya dengan cinta itu adalah bahwa ia mengakui
benar-benar berusaha untuk berbuat buruk padanya tapi Yusuf menolak. Ia
melepaskan pengakuannya dengan ucapannya: "Agar dia (al-Aziz) mengetahui
bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya."
Seakan-seakan keinginannya agar Yusuf tidak melupakannya lebih penting
daripada kedamaiannya bersama suaminya atau kedudukannya sebagai wanita
kedua di Mesir. Dan barangkali cintanya kepada Yusuf—saat ia tidak
ada—berbeda dalam kualitasnya dan kedalamannya daripada cintanya ketika
Yusuf masih muda belia yang mengabdi padanya di istana. Ketika mereka
berdua dipisahkan dengan jarak yang cukup jauh, dan wanita itu tercegah
dari melihatnya, maka timbullah rasa cinta yang menjadikannya tidak akan
menghianatinya meskipun Yusuf telah pergi jauh darinya. Betapa berat
penderitaan cinta manusiawi yang dialami istri al-Aziz. Masalahnya
adalah, bahwa ia memilih seseorang yang hatinya telah tenggelam dalam
lautan cinta Ilahi. Akhirnya, Yusuf masuk ke dalam penjara. Allah SWT
berfirman:
"Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda
(kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai
sewahtu-waktu." (QS. Yusuf: 35)
Mereka telah menetapkan suatu keputusan meskipun Yusuf sebenarnya
terlepas dari berbagai tuduhan, dan beliau menunjukkan bukti
kebenarannya. Meskipun demikian, mereka tetap memasukkan Yusuf dalam
penjara sampai waktu yang tidak ditetapkan. Pembicaraan seputar kisah
Yusuf pun menjadi padam dan api yang menyala di tengah-tengah manusia
menjadi suram. Ketika para menteri dan para pembesar tidak mampu menahan
kendali wanita-wanita mereka, namun mereka dengan mudah mampu untuk
memenjarakan seseorang yang tidak bersalah. Itu adalah pekerjaan mereka
yang mereka lakukan dengan gampang.
Demikianlah ayat Al-Qur'an menggambarkan secara singkat suatu suasana
istana secara keseluruhan. Yaitu suasana yang penuh dengan kekotoran dan
kerusakan internal. Suasana orang-orang yang bergaya aristokris, dan
suasana hukum yang mutlak. Penjara menjadi jalan keluar yang dipilih
oleh hukum yang mutlak. Seandainya kita memperhatikan keadaaan
masyarakat Mesir saat itu dan apa yang mereka sembah, maka kita akan
memahami mengapa kekuasaan mutlak diberlakukan saat itu. Orang-orang
Mesir menyembah tuhan-tuhan yang beraneka ragam. Mereka menyembah
sesembahan selain Allah SWT.
Kita telah mengetahui sebelumnya bagaimana kebebasan manusia terpasung
ketika mereka lebih memilih sembahan-sembahan selain Allah SWT. Dalam
kisah Nabi Yusuf kita melihat fenomena seperti itu. Meskipun beliau
sebagai seorang Nabi, beliau ditetapkan untuk ditahan dan dimasukkan
penjara, tanpa melalui penelitian dan tanpa melalui pengadilan. Kita di
hadapan suatu masyarakat yang menyembah berbagai macam tuhan dan
kemudian mereka dikuasai dan dipimpin oleh multi tuhan. Oleh karena itu,
tidak sulit bagi mereka untuk menahan orang yang tidak berdosa, bahkan
barangkali sulit bagi mereka melakukan sesuatu selain itu.
Yusuf masuk dalam penjara dalam keadaan memiliki hati yang kokoh. Dalam
keadaan tenang beliau berada dalam penjara. Beliau tidak menampakkan
kesedihan, namun sebaliknya. Beliau berhasil melalui ujian dari istri
al-Aziz, dari pertanyaan-pertanyaan para menteri, dari keusilan para
dukun, dan dari pembicaraan para pembantu. Bagi Yusuf, penjara adalah
suatu tempat yang damai di mana di dalamnya ia mampu menenangkan dirinya
dan berpikir tentang Tuhannya. Nabi Yusuf memanfaatkan kesempatannya di
penjara untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Di dalam penjara, beliau
mendapati orang-orang yang tidak berdosa yang juga dimasukkan di
dalamnya. Ketika manusia mendapatkan perlakuan lalim dari sebagian
manusia yang lain, maka hati mereka akan lebih mudah untuk mendengarkan
kebenaran dan menerima hidayah. Memang hati orang-orang yang menderita
dan teraniaya lebih terbuka untuk memenuhi panggilan Allah SWT.
Yusuf bercerita kepada manusia tentang rahmat Sang Pencipta,
kebesaran-Nya, dan kasih sayang-Nya terhadap makhluk-makhluk-Nya. Yusuf
bertanya kepada mereka: "Mana yang lebih baik, apakah akal harus
dikalahkan dan manusia menyembah tuhan yang bermacam-macam atau, akal
dimenangkan dan manusia menyembah Tuhan Pengatur alam Yang Maha Besar."
Yusuf menyampaikan argumentasi-argumentasi yang kuat melalui
pertanyaan-pertanyaannya yang disampaikan dengan ketenangan dan
kedamaian. Beliau berdialog dengan mereka secara sehat dan dengan
pikiran yang jernih serta dengan niat yang tulus.
Kemudian masuklah bersama beliau dua orang pemuda ke dalam penjara.
Salah seorang di antara mereka adalah pimpinan petugas pembuat rod yang
biasa bekerja di tempat raja, sedangkan yang lain pimpinan petugas
pemberi minuman keras (khamer) yang biasa diminum oleh raja. Tukang roti
itu menyaksikan dalam mimpinya bahwa ia berdiri di satu tempat dengan
membawa roti di atas kepalanya yang kemudian dimakan oleh burung yang
terbang, sementara orang yang memberikan minum para raja juga bermimpi,
dan melihat dalam mimpinya bahwa ia memberikan minum khamer kepada raja.
Kedua orang itu pergi kepada Yusuf dan masing-masing mereka menceritakan
mimpinya kepadanya serta meminta kepada beliau untuk menakwilkan atau
menafsirkan apa yang mereka lihat. Yusuf menggunakan kesempatan itu
baik-baik dan kemudian ia berdoa kepada Allah SWT. Kemudian beliau
memberitahu tukang roti itu, bahwa ia akan disalib dan akan mati, adapun
pemberi minum raja, maka dia akan keluar dari penjara dan akan kembali
bekerja di tempat raja. Yusuf berkata kepada pemberi minum itu: "Jika
engkau pergi ke raja, maka jangan lupa menceritakan keadaanku padanya.
Katakan kepadanya bahwa di sana terdapat seorang yang ditahan dalam
keadaan teraniaya yang bernama Yusuf.
Akhirnya apa yang diceritakan oleh Nabi Yusuf benar-benar terjadi.
Tukang roti itu pun terbunuh sedangkan orang yang biasa memberi minum
raja itu dimaafkan dan kembali ke istana tetapi ia lupa untuk
menceritakan pesan Yusuf kepada raja. Setan telah melupakannya sehingga
ia lupa untuk menyebut nama Yusuf di depan raja. Yusuf pun tinggal di
dalam penjara selama beberapa tahun. Allah SWT berfirman:
"Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda.
Berkatalah salah seorang di antara keduanya: 'Sesungguhnya aku bermimpi
bahwa aku akan memeras anggur. Dan yang lainnya berkata: 'Sesungguhnya
aku bermimpi bahwa, aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya
dimakan burung.' Berikanlah kepada kami ta'birnya: Sesungguhnya kami
memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (menakwilkan mimpi).
Yusuf berkata: 'Tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan
diberikan kepadamu melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan
itu sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah
sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku
telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah,
sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikut agama
bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak, dan Yakub. Tidaklah patut bagi kami
(para nabi) mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah Yang demikian itu
adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya);
tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukuri(Nya). Hai kedua penghuni
penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah
Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Kamu tidak menyembah yang selain
Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek-nenek
moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun
tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya." (QS. Yusuf:
36-40)
Setelah dakwah yang sangat dalam ini dan setelah Yusuf mengemukakan
argumentasinya kepada orang-orang yang bertanya, beliau mulai
menafsirkan mimpi yang mereka lihat:
"Hai kedua penghuni penjara, adapun salah searang diantara kamu berdua,
akan memberi minum tuannya dengan khamer; adapun yang seorang lagi, maka
ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepalanya. Telah
diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku). Dan Yusuf
berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka
berdua: 'Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.' Maka setan menjadikan
dia lupa mene-rangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu
tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya. " (QS. Yusuf:
41-42)
Coba Anda perhatikan bagaimana Al-Qur'an menceritakan hal ini. Yusuf
tidak menentukan kapan hal tersebut akan terjadi pada kedua orang itu,
baik mereka yang bernasib baik atau pun mereka yang bernasib buruk. Ini
adalah salah satu bentuk kasih sayang dan kelembutan beliau kepada
mereka. Namun mereka memahami tujuan beliau ketika memutuskan suatu
perkara kepada mereka dan mengatakan kepada yang lain bahwa ia akan
bebas.
Al-Qur'an al-Karim tidak menceritakan bahwa takwil itu telah terwujud
dan bahwa perkara itu telah terlaksana sebagaimana telah ditakwilkan
oleh Yusuf. Di sini terdapat celah yang dapat digunakan oleh daya khayal
bahwa semua ini telah terjadi. Kemudian orang yang selamat itu keluar
dari penjara dan menuju ke istana. Ia pun kembali menuangkan minuman
kepada raja. Seharusnya ia menceritakan pesan Yusuf yang telah
memberitahukan kepadanya bahwa ia akan selamat namun pesan Nabi Yusuf
tersebut benar-benar dilupakannya atau benar-benar hilang dari
ingatannya. Ia lupa bagaimana Nabi Yusuf menakwilkan mimpinya dan
bagaimana Nabi Yusuf berdakwah di jalan Allah SWT. Kemewahan istana raja
dan kesibukannya dalam melayani raja atau tuannya membuatnya lupa untuk
menyampaikan pesan Nabi Yusuf. Setan pun turut serta dalam
melupakannya. Akhirnya, Nabi Yusuf tetap tinggal di penjara untuk
beberapa tahun. Nabi Yusuf menghadapi ujian itu dengan penuh kesabaran
dan keikhlasan serta tidak berputus asa dan ridha akan keputusan Allah
SWT.
Marilah kita berpindah dari penjara ke kamar raja. Si raja tertidur dan
bermimpi. Ia melihat dirinya berdiri di tepi Sungai Nil. Air sungai Nil
turun di depan matanya. Air Sungai Nil tenggelam dan habis sehingga
sungai itu menjadi tumpukan tanah yang kosong dari air. Kemudian
ikan-ikan melompat-lompat sehingga tersembunyi dalam tanah sungai. Lalu
keluarlah dari sungai itu tujuh sapi yang gemuk dan keluar juga tujuh
sapi yang kurus. Sapi-sapi yang kurus itu malah menyerang sapi-sapi yang
gemuk. Sapi-sapi yang kurus itu anehnya berubah menjadi
binatang-binatang buas yang melahap sapi-sapi yang gemuk. Dalam mimpinya
itu, raja berdiri dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan
menakutkan itu. la menyaksikan teriakan-teriakan sapi-sapi yang gemuk
itu saat dimakan oleh sapi-sapi yang kurus.
Kemudian timbullah di atas tepi Sungai Nil tujuh tangkai hijau dan tujuh
tangkai hijau itu tenggelam dalam tanah. Dan muncullah di tanah yang
sama tujuh tangkai yang kering. Tiba-tiba raja bangun dari tidurnya
dalam keadaan takut. Raja menceritakan mimpinya kepada para peramal,
para dukun, dan para menterinya. Ia meminta kepada mereka untuk
menafsirkannya. Seorang peramal berkata: "Ini adalah hal yang cukup
aneh, bagaimana sapi-sapi kurus dapat memakan sapi-sapi yang gemuk? Saya
kira ini adalah kembang mimpi yang tidak ada artinya." Kemudian para
ahli mimpi dan para penakwil mimpi dan mereka yang ada di sekitar raja
bersepakat bahwa mimpi si raja tidak memiliki makna yang khusus, atau ia
hanya sekadar kembang tidur yang tidak ada artinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar